Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
Pun, sampai akhir tahun BTN memprediksi RIM akan berada pada level di atas 100%. "Mengingat berdasarkan data historis kemampuan BTN dalam menyalurkan kredit sangat tinggi dibandingkan dengan kemampuan dalam menghimpun dana masyarakat," ujarnya.
Mahelan menambahkan jika pihaknya memasukkan komponen pinjaman bilateral, maka rasio pendanaan dipastikan di bawah 100%. Nah, BTN memang punya rencana melakukan pinjaman bilateral di tahun ini yakni sebesar Rp 3 triliun. Dana tersebut akan dipakai untuk memenuhi kebutuhan likuiditas perseroan.
Baca Juga: Catat, ini tips mencari pinjaman lewat fintech ala chief marketing KoinWorks
Di sisi lain, Direktur Konsumer PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Santoso Liem mengatakan posisi RIM BCA per juga mencapai 80%. Rasio tersebut tidak berbeda jauh dengan loan to deposit ratio (LDR) BCA yang ada di kisaran 79% hingga paruh pertama.
"Sejauh ini BCA tetap mengandalkan kepada pengumpulan DPK untuk mendukung pertumbuhan bisnis," terangnya.
Bukan cuma bank konvensional saja yang akan merasakan angin segar dari perhitungan rasio baru tersebut. PT Bank BNI Syariah juga menyebut dengan ketentuan baru tersebut, pihaknya bakal lebih leluasa menyalurkan likuiditas untuk pembiayaan maupun pembelian sukuk korporasi.
Direktur BNI Syariah Dhias Widhiyati menyebut, posisi RIM perseroan saat ini ada di level 85% atau masih dalam batas yang ditetapkan oleh BI yaitu 84%-94%. Kendati tak memasang target, pihaknya memastikan akan menjaga rasio tersebut di level sesuai dengan ketentuan BI.
Baca Juga: DANA tambah saluran top up saldo di Pegadaian dan vending machine BlueMart
Sebagai informasi saja, dalam aturannya Peraturan Anggota Dewan Gubernur 20/11/PADG/2018 bank sentral hanya menghitung medium term notes (MTN), floating rate notes (FRN), dan obligasi korporasi sebagai komponen RIM.
Adapun batas bawah dan batas atas dari target RIM ditetapkan yakni 84%-94% dari sebelumnya 80%-92%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News