Reporter: Ferry Saputra | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan piutang pembiayaan multifinance terus menunjukkan perlambatan dari bulan ke bulan. Misalnya saja, sejak awal tahun tepatnya per Januari 2025, piutang pembiayaan multifinance tumbuh sebesar 6,04% secara Year on Year (YoY) dengan nilai Rp 504,33 triliun.
Angka pertumbuhannya melambat per Februari 2025 tercatat sebesar 5,92% YoY dengan nilai Rp 507,02 triliun. Selanjutnya, per Maret 2025 tercatat tumbuh 4,60% YoY dengan nilai Rp 510,97 triliun.
Pertumbuhannya terus melambat hingga hanya sebesar 3,67% YoY dengan nilai Rp 504,18 triliun per April 2025.
Mengenai hal itu, Praktisi dan Pengamat Industri Pembiayaan Jodjana Jody berpendapat perlambatan pertumbuhan piutang pembiayaan multifinance per April 2025 memang sudah wajar karena bersifat seasonal, yang mana pasca Lebaran pasti anjlok. Dipicu menurunnya permintaan masyarakat terhadap pembiayaan.
Selain itu, dia menyoroti bedanya tahun ini yang membuat pertumbuhan makin melambat tak terlepas dari lesunya perekonomian Indonesia. Dengan demikian, berdampak juga terhadap kinerja pertumbuhan multifinance.
Baca Juga: Piutang Pembiayaan Multifinance Mencapai Rp 504,18 Triliun per April 2025
"Namun, yang agak beda adalah adanya perlambatan ekonomi sepeti yang sudah banyak diulas para ahli," ungkapnya kepada Kontan, Selasa (3/6).
Melihat kondisi yang terjadi pada awal tahun ini dan adanya berbagai tantangan, Jody memperkirakan pertumbuhan piutang pembiayaan multifinance kemungkinan hanya akan berada di level single digit pada tahun ini.
"Tumbuh di kisaran 5%-6% saja tahun ini sudah baik," ujarnya.
Dari sisi perusahaan multifinance, PT Mandala Multifinance (MFIN) atau Mandala Finance juga ternyata mengalami perlambatan pertumbuhan kinerja. Adapun per Maret 2025, pembiayaan Mandala Finance tercatat tumbuh sebesar 11% secara YoY.
Direktur Keuangan Mandala Finance Roberto AK Un mengatakan hingga akhir April 2025, total penyaluran pembiayaan Mandala Finance tumbuh sebesar 6% YoY.
"Pertumbuhan pembiayaan kami mengalami sedikit penyesuaian di tengah-tengah kondisi ekonomi saat ini, seiring menurunnya daya beli masyarakat terhadap pembelian kendaraan atau barang konsumtif lainnya," ucapnya kepada Kontan, Selasa (3/6).
Lebih lanjut, Roberto menyadari terdapat berbagai tantangan yang dihadapi dalam menyalurkan pembiayaan kendaraan bermotor tahun ini. Tantangannya, yaitu adanya ketidakpastian ekonomi seperti kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan suku bunga, kebijakan pajak opsen kendaraan bermotor, risiko kredit macet, serta persaingan ketat yang tetap perlu diantisipasi.
Baca Juga: Pulau Jawa Mendominasi Penyaluran Pembiayaan Multifinance per April 2025
Di tengah berbagai tantangan yang ada, Roberto mengatakan Mandala Finance akan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian yang tepat sasaran dalam menyalurkan pembiayaan demi menjaga kualitas portofolio tetap sehat dan menekan potensi kenaikan Non Performing Financing (NPF).
Dorong Diversifikasi Pembiayaan
Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai adanya fenomena penurunan penjualan kendaraan pada awal tahun ini menjadi salah satu faktor yang berdampak terhadap kinerja pembiayaan industri multifinance.
Adapun Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat penjualan mobil secara wholesales periode Januari 2025 hingga April 2025 mencapai 256.368 unit, atau turun 2,9% secara Year on Year (YoY). Sementara itu, penjualan mobil secara retail pada periode Januari 2025 hingga April 2025 turun 7,7% YoY menjadi 267.514 unit.
Oleh karena itu, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Agusman mendorong perusahaan multifinance untuk melakukan diversifikasi portofolio sebagai solusi jitu.
"Penurunan penjualan kendaraan bermotor tentu saja dapat berdampak pada perlambatan pembiayaan kendaraan baru oleh multifinance. Oleh karena itu, industri multifinance terus didorong untuk memperluas portofolio ke sektor-sektor produktif lainnya," ucapnya dalam konferensi pers RDK OJK, Senin (2/6).
Baca Juga: OJK Izinkan Multifinance Salurkan Modal Usaha hingga Rp 10 Miliar, Ini Kata Pengamat
Agusman menambahkan diversifikasi portofolio ke sektor produktif lainnya yang dimaksud, seperti alat berat, energi terbarukan, dan kendaraan listrik. Lebih lanjut, dia juga mendorong agar industri multifinance dapat melakukan penguatan manajemen risiko, efisiensi, dan tata kelola, agar strategi diversifikasi berjalan secara prudent dan berkelanjutan.
Dengan pendekatan adaptif dan kolaboratif, Agusman meyakini industri multifinance dapat menjaga stabilitas dan tetap tumbuh positif tahun ini.
Selain itu, Agusman juga sempat menyampaikan belum ada revisi mengenai pertumbuhan multifinance pada tahun ini. Adapun OJK menargetkan pertumbuhan multifinance dapat mencapai 8%-10% pada tahun ini.
Sebagai informasi, perlambatan pembiayaan multifinance juga diikuti membaiknya tingkat Non Performing Financing (NPF) gross perusahaan pembiayaan. Per April 2025, NPF multifinance tercatat sebesar 2,43%. Angka itu terbilang membaik, jika dibandingkan posisi bulan sebelumnya yang mencapai 2,71%.
Baca Juga: Inilah 5 Sektor Ekonomi Penopang Terbesar Pembiayaan Multifinance
Selanjutnya: Bank Buru Investor Baru, Modal Ditingkatkan Lewat Rights Issue dan Free Float
Menarik Dibaca: 7 Ide Desain Furnitur Ruang Tamu yang Jenius untuk Rumah Minimalis Modern
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News