kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Potensi Luar Biasa Profesi Tenaga Pemasar Asuransi


Sabtu, 31 Desember 2022 / 10:00 WIB
Potensi Luar Biasa Profesi Tenaga Pemasar Asuransi


Reporter: Tim KONTAN | Editor: Indah Sulistyorini

KONTAN.CO.ID - Tenaga pemasar atau agen asuransi kerap dipandang sebelah mata. Bahkan, sebagian kalangan menganggap profesi ini merupakan pekerjaan bagi orang-orang yang tidak diterima bekerja di mana pun. Namun, kenyataan di lapangan membuktikan sebaliknya.

Seorang tenaga pemasar asuransi bisa mendapatkan penghasilan tidak terbatas, dengan jam kerja yang fleksibel. Dua hal yang sering dicari kaum muda zaman sekarang pada sebuah dream job atau profesi impian. Kisah hidup Niwa Adhe Saputra, Spd, CFP menggambarkan kesuksesan yang dapat dicapai tenaga pemasar asuransi dengan mengoptimalkan potensinya.

Niwa mulai terjun ke dunia asuransi pada akhir tahun 2013 karena satu motivasi: ingin membantu melunasi utang kedua orang tuanya. Orang tua Niwa terbelit utang hingga lebih dari Rp1 miliar untuk membiayai pengobatan kakak perempuannya yang terkena kanker tulang.

“Mama saya hanya PNS dan Bapak wiraswasta. Tapi mereka mengejar biaya pengobatan Kakak semaksimal mungkin supaya bisa sembuh. Apalagi waktu itu kami juga belum menggunakan asuransi. Akhirnya banyak aset keluarga yang dijual untuk membiayai pengobatan, seperti rumah, mobil, dan beberapa tanah,” kata Niwa.

Pada saat itu Niwa telah bekerja selama empat tahun sebagai pegawai bank di Solo, Jawa Tengah. Sebagai tenaga outsourcing, anak bungsu dari tiga bersaudara ini hanya menerima gaji sekitar Rp1,7 juta. Sebagian besar gaji Niwa ia serahkan pada orang tuanya untuk membiayai hidup mereka sehari-hari dan melunasi utang. Karena itu, Niwa kemudian ingin mencari tambahan penghasilan dan mulai bekerja sebagai tenaga pemasar asuransi.

“Setelah masuk ke dunia asuransi, ternyata sangat relate dengan pengalaman hidup saya. Saya memakai cerita keluarga saya untuk mengedukasi orang mengenai pentingnya asuransi dan menjual produk asuransi. Bagaimana dampak finansial keluarga saya karena tidak punya asuransi penyakit kritis,” cerita Niwa.

Enam bulan setelah mulai terjun ke bisnis asuransi, penghasilan Niwa sebagai tenaga pemasar sudah lebih besar dibandingkan gaji dari bank. Padahal waktu itu ia masih melakukannya secara part time. Niwa pun berpikir bisa memperoleh pendapatan yang lebih besar lagi dari bisnis asuransi jika fokus menjalani profesi ini. Karena itu akhirnya pada tahun 2014, ia memutuskan untuk berhenti sebagai pegawai bank dan sepenuhnya berkarier sebagai tenaga pemasar asuransi.

Fokus dan konsistensi

Berkat kegigihannya, hanya dalam kurun waktu dua tahun Niwa berhasil melunasi semua utang dan bisa membelikan rumah lagi bagi orang tuanya. Bagi pria kelahiran Ngawi, 30 Oktober 1987 ini bisnis asuransi tidak sekadar menjadi ladang penghasilan, tetapi juga sarana membantu orang lain.

“Ketika saya jadi karyawan, saat orang lain bilang butuh pekerjaan, saya enggak bisa bantu banyak. Tapi di bisnis asuransi, saat orang membutuhkan pekerjaan, saya bisa bantu mereka dengan menawarkan menjalankan seperti apa yang saya lakukan sekarang,” tutur Niwa.

Di bawah agensi Lucky Rich yang didirikannya di Solo, saat ini Niwa telah berhasil membangun tim tenaga pemasar asuransi berjumlah 250 orang. Jejaringnya tersebar hingga ke kota-kota di luar Solo seperti Jakarta, Semarang, hingga Kudus.

Menurut Niwa, siapapun dapat menjadi tenaga pemasar asuransi sukses jika fokus dan memiliki konsistensi menjalani profesi ini. Potensi pasar asuransi masih sangat besar karena setiap orang, baik disadari maupun tidak, membutuhkan asuransi dalam setiap tahapan kehidupannya. Bisnis asuransi pun terus bertumbuh, bahkan ketika masyarakat menjalani pembatasan kegiatan saat penularan COVID-19 sedang tinggi-tingginya tahun 2020-2021 lalu.

“Pandemi COVID-19 makin menyadarkan masyarakat bahwa mereka membutuhkan asuransi. Dan dengan teknologi, sekarang tenaga pemasar asuransi tidak perlu melakukan tatap muka untuk melakukan penjualan. Dengan kemudahan ini, kita bisa menawarkan dan menjual produk asuransi hingga ke luar kota atau luar negeri tanpa harus bertemu langsung dengan nasabah,” ujar Niwa.

Garda terdepan

Berdasarkan data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), saat ini tercatat ada sekitar 600 ribu tenaga pemasar asuransi di seluruh Indonesia. AAJI menjaga kualitas dan kompetensi sumber daya manusianya dengan memberikan sejumlah persyaratan untuk menjadi tenaga pemasar asuransi. Pertama, harus terdaftar di hanya satu perusahaan asuransi jiwa anggota AAJI. Kedua, harus memiliki sertifikasi profesi dengan mengikuti ujian dari AAJI dan ketiga, setiap tahun harus mengumpulkan poin CPD (Continuous Professional Development) dari rangkaian pelatihan yang diadakan masing-masing perusahaan dan AAJI.

“Dengan demikian pemahaman mereka tentang kondisi perusahaan, tentang produk yang mereka pasarkan dan bagaimana mereka harus melayani nasabah, itu menjadi semakin baik dari waktu ke waktu,” ungkap Budi Tampubolon, Ketua Dewan Pengurus AAJI.

AAJI sangat menyadari bahwa tenaga pemasar asuransi merupakan garda terdepan industri asuransi jiwa. Tenaga pemasar asuransi merupakan mitra yang mendampingi nasabah di saat mereka sakit atau mengalami sesuatu dan memudahkan proses pengajuan klaim asuransi. Para tenaga pemasar ini juga menjadi ujung tombak peningkatan edukasi dan literasi asuransi jiwa yang merupakan salah satu tujuan utama AAJI.

“Bila makin banyak masyarakat Indonesia yang paham apa itu proteksi, apa itu asuransi, apa itu perencanaan keuangan, sebagian besar dari pencapaian itu datang dari upaya tanpa henti agen asuransi. Merekalah yang ada di garis depan, mencoba untuk menjelaskan pada masyarakat. Untuk itu kami memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya pada mereka,” pungkas Budi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×