kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.774   -14,00   -0,09%
  • IDX 7.460   -19,91   -0,27%
  • KOMPAS100 1.153   -1,43   -0,12%
  • LQ45 914   0,41   0,05%
  • ISSI 225   -1,12   -0,49%
  • IDX30 472   0,95   0,20%
  • IDXHIDIV20 569   1,36   0,24%
  • IDX80 132   0,02   0,01%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,24   0,16%

Premi asuransi kesehatan bakal stagnan


Kamis, 30 Maret 2017 / 12:12 WIB
Premi asuransi kesehatan bakal stagnan


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Bisnis asuransi kesehatan menyisakan tantangan besar di tahun ini. Pelaku industri menilai bakal kesulitan menggenjot premi.

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Julian Noor memprediksikan, secara umum laju bisnis asuransi kesehatan di 2017 tak akan jauh beda dengan tahun 2016. Mayoritas pelaku usaha asuransi umum masih akan kesulitan menggenjot premi asuransi kesehatan. "Kemungkinan arahnya cenderung stagnan," kata dia. Sepanjang tahun lalu, premi asuransi kesehatan naik 1,5% menjadi Rp 4,23 triliun.

Melempemnya bisnis asuransi kesehatan ikut menekan kontribusi lini bisnis ini dari total portofolio premi asuransi umum. Porsi premi dari asuransi kesehatan turun tipis dari 7% di 2015 menjadi 6,8% di tahun lalu.

Menurut Julian, tantangan bisnis asuransi kesehatan tahun ini karena belum ada kesepakatan antara asuransi komersial dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan soal skema koordinasi manfaat. Kondisi ini disebut masih berdampak signifikan di pasar. Nasabah pengguna asuransi kesehatan memilih wait and see sampai ada penjelasan pelaksanaan skema coordination of benefits (CoB).

"Kalau bisa mencapai kesepakatan tentu bisnis asuransi kesehatan punya potensi untuk tumbuh lebih tinggi," imbuh Julian. Sebenarnya, dia menilai, tak ada perebutan pasar asuransi komersial dengan BPJS Kesehatan. Toh segmen pasar yang diincar berbeda.

Menanti kepastian CoB

Karena itu, Julian menyebut asuransi komersial akan meningkatkan fokus ke segmen pasar ritel terutama ke kalangan menengah ke atas. Menurut dia, kebutuhan di segmen ini masih tinggi, sejalan peningkatan biaya kesehatan dan gaya hidup.

Potensi ini pun turut disasar oleh PT Asuransi Sinar Mas (ASM). Dumasi MM Samosir Direkur ASM menyebut, segmen ritel menjadi solusi yang akan dimanfaatkan perusahaan ini untuk mengerek kinerja di lini bisnis ini.

Salah satunya dengan merilis produk asuransi Simas Sehat Executive dan Simas Sehat Gold yang menyasar segmen kelas menengah atas. Hal ini akan didukung tenaga agensi.

Menurut Dumasi, di tahun lalu kontribusi agensi terhadap premi asuransi kesehatan baru 4,4%. Yang terbesar dari kanal brokerage sebesar 63% dan jalur direct corporate sebesar 24%. ASM menargetkan pendapatan premi naik 24,4% dari Rp 643 miliar menjadi Rp 800 miliar di tahun ini.

Pemain asuransi jiwa spesialis asuransi kesehatan kumpulan PT Asuransi Jiwa Mandiri Inhealth justru yakin kinerja di tahun ini terdorong hasil kolaborasi dengan BPJS Kesehatan. Direktur Mandiri Inhealth Armendra menyebut, target pertumbuhan premi 20% dari Rp 1,62 triliun menjadi Rp 1,92 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×