Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi suku bunga kredit perbankan di Indonesia saat ini masih tinggi. Presiden Joko Widodo menghimbau bank untuk segera menurunkan suku bunga menyesuaikan kebijakan penurunan suku bunga acuan yang sudah dilakukan Bank Indonesia (BI).
Sepanjang tahun ini, BI tercatat sudah empat kali menurunkan BI Days Reserve Repo Rate (BI7DRR) ke level 5%. Total bunga acuan telah diturunkan sebesar 100 basis poin dari level 6% di akhir tahun lalu. Penurunan teranyar dilakukan pada akhir Oktober 2019 lalu sebesar 25 basis poin.
Baca Juga: Tak jadi prioritas, DPK valas perbankan kian melandai
Pernyataan itu disampaikan Jokowi saat membuka Indonesia Banking Expo 2019 yang digelar oleh Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) di Fairmont Hotel Jakarta, Rabu (6/11). "Mengajak untuk memikirkan secara serius untuk menurunkan suku bunga kredit. Negara lain sudah turun, turun, turun, kita BI-rate sudah turun, bank-nya belum," kata Jokowi.
Lalu apa tanggapan bankir terhadap himbauan tersebut? Aria Bimo, Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI, anggota indeks Kompas100) mengatakan, pihaknya akan menganalisa perkembangan dulu sebelum memutuskan penurunan suku bunga.
Faktor utama yang jadi patokan bank pelat merah ini dalam melakukan penyesuaian adalah kondisi biaya dana atau cost of fund (CoF). "Kita analisa dulu, yang penting CoF harus turun dulu. Kalau CoF masih besar, turunin bunga akan menyebabkan NIM semakin kecil dan nanti investor protes," kata Bimo di Jakarta, Rabu (6/11).
Sampai akhir tahun, BNI akan fokus memperbaiki biaya dana. Bimo bilang, upaya menurunkan CoF sudah dilakukan BNI dan hasilnya biaya dana secara sudah turun secara bulanan. CoF perseroan di kuartal III 2019 ada di level 3,2%, padahal pada bulan Agustus ada di level 3,3%.
Baca Juga: Himbauan Jokowi pangkas bunga kredit bikin IHSG hari ini anjlok
BNI akan terus mendorong penghimpunan dana murah (Current Account Saving Account/ CASA) dan menurunkan deposito. Dengan begitu, BNI berharap bisa menurunkan CoF ke level di bawah 3,3l% pada akhir tahun. Dengan turunnya biaya dana itu laba juga diperkirakan bisa tumbuh sekitar 5%-8% hingga ujung tahun.
Sementara Panji Irawan, Direktur Keuangan Bank Mandiri mengatakan, pihaknya akan merespon permintaan presiden tersebut. Menurutnya, ruang buat Bank Mandiri untuk menurunkan suku bunga ada karena biaya dana perseroan juga sudah mulai turun.
"Ada (ruang turun). Dalam melakukan penyesuaian bunga kredit ada dua hal yang kami perhatikan yakni biaya dana dan juga persaingan di pasar. Dengan CoF yang sudah mulai turun diharapkan bunga kredit juga bisa semakin rendah," kata Panji.
Sebetulnya, kata Panji, bunga kredit Bank Mandiri sudah turun sejak awal tahun mengikuti pasar. Penurunannya sekitar 25- 50 basis poin dimana penurunan paling cepat terjadi di segmen konsumer dan korporasi.
Baca Juga: Permudah transaksi, Mandiri Syariah luncurkan Mandiri Syariah Mobile Keyboard
Panji bilang, jika tidak segera melakukan penyesuaian pada dua segmen itu debitur bisa cepat sekali pindah ke bank lain. Persaingan suku bunga di segmen itu sangat besar.
Dalam kesempatan yang sama, Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA menolak jika penurunan bunga kredit dijadikan sebagai patokan utama untuk mengerek pertumbuhan kredit. Dia mencontohkan, tahun 2018, saat suku bunga naik sampai 100 basis poin, namun penyaluran kredit masih berhasil tumbuh dua digit.
Sementara tahun ini pertumbuhan kredit justru tidak sampai dua digit padahal suku bunga acuan sudah turun. "Jadi saya pikir interest rate bukan satu-satunya faktor untuk menumbuhkan kredit," kata Jahja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News