Reporter: Ferry Saputra | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perusahaan asuransi jiwa menyebut produk tradisional masih akan berkontribusi besar terhadap pendapatan premi pada tahun ini. Salah satunya PT MSIG Life Insurance Indonesia Tbk (MSIG Life).
Presiden Direktur & CEO MSIG Life Wianto Chen menyampaikan produk tradisional masih akan mendominasi pendapatan premi karena adanya kebutuhan masyarakat.
"Selain itu, proses yang lebih simpel dan mudah dipahami," katanya kepada Kontan belum lama ini.
Wianto menerangkan pendapatan premi sepanjang 2023, masih didominasi tradisional ketimbang unitlink. Dia bilang porsi unitlink sebesar 46% dan tradisional 54% dari total pendapatan premi. Adapun MSIG Life mencatatkan pendapatan premi sebesar Rp 2,6 triliun pada 2023 (berdasarkan laporan keuangan unaudited).
Baca Juga: Astra Life Targetkan Pendapatan Premi Tumbuh 10% pada Tahun 2024
Wianto menyampaikan MSIG Life akan berfokus memiliki portofolio yang seimbang dan sehat. Selain itu, pihaknya juga akan menerapkan strategi jitu dalam meningkatkan premi pada tahun ini. Adapun strateginya, yakni melakukan inovasi produk dengan mengintegrasikan umpan balik dari pelanggan dan tren pasar ke dalam pengembangan produk agar tetap relevan dan kompetitif.
Ditambah peningkatan layanan pelanggan melalui teknologi dan pelatihan. Dia mengatakan MSIG Life akan terus berupaya meningkatkan kepuasan dan mempertahankan loyalitas nasabah.
"Terakhir, melalui peningkatan kapasitas penjualan seluruh kanal distribusi dan kualitas tenaga pemasar dengan membuka akses lebih luas dan serta menghadirkan perlindungan sesuai kebutuhan bagi masyarakat," tuturnya.
Selain MSIG Life, PT Asuransi Jiwa IFG atau IFG Life juga menyatakan produk tradisional masih mendominasi pendapatan premi perusahaan. Head of Corporate Secretariat IFG Life Gatot Haryadi mengatakan unitlink perseroan cenderung masih sedikit apabila dibandingkan produk tradisional. Dia menyampaikan porsi tradisional memegang 90% dari total pendapatan premi pada 2023.
"Adapun porsi unitlink kira-kira hanya mencapai di bawah 10%," katanya saat ditemui di media gathering, Kamis (26/3).
Gatot mengatakan hal tersebut karena fokus perusahaan bukan produk unitlink, melainkan produk berbasis proteksi. Dia menjelaskan bahwa unitlink memiliki pasar tersendiri dan perusahaan lebih ingin ke produk yang berbasis proteksi, seperti kematian hingga personal accident.
Gatot menambahkan segmen korporasi memegang porsi paling besar dari pendapatan premi IFG Life. Dia bilang IFG Life berada di bawah holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia Financial Group (IFG) sehingga menyediakan employee benefit, yakni perlindungan asuransi untuk karyawan perusahaan.
Sementara itu, PT Asuransi Jiwa Astra (Astra Life) menyatakan pada tahun lalu porsi tradisional dan unitlink masih berimbang. Direktur Bisnis Astra Life Alkaf Ghozali menyebut hal itu sepertinya masih terjadi pada tahun ini.
Baca Juga: AAJI Proyeksikan Porsi Produk Tradisional dan Unitlink Bakal Berimbang pada 2024
Alkaf menyampaikan porsi unitlink dan tradisional seperti industri pada tahun lalu. Dia menerangkan unitlink masih di level 55%-60%, sisanya tradisional.
"Kalau kami lihat porsinya tahun ini masih akan berimbang. Apabila melihat pada new business, sepertinya yang tradisional akan naik. Namun, secara keseluruhan masih akan berimbang," terangnya.
Alkaf juga menyampaikan pada tahun ini kebutuhan atas unitlink masih tetap ada seiring dengan kebutuhan nasabah yang berbeda-beda. Ada yang butuh tradisional atau unitlink, pihaknya tetap ada produknya.
Alkaf mengatakan Astra Life menargetkan tahun ini pendapatan premi perusahaan bisa tumbuh sekitar 10% dibandingkan pencapaian tahun lalu.
Di sisi lain, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menerangkan produk tradisional masih mendominasi pendapatan premi industri asuransi jiwa pada 2023.
Direktur Eksekutif AAJI Togar Pasaribu menyampaikan berdasarkan data full year 2023, produk tradisional mengambil porsi 52% atau Rp 92,33 triliun, sedangkan unitlink 48% atau Rp 85,33 triliun.
"Kami melihat hal itu sebagai gambaran bahwa pemahaman dan kesadaran akan kebutuhan produk asuransi di masyarakat makin membaik," tuturnya.
Togar mengatakan secara umum, total pendapatan premi pada akhir 2023 sebesar Rp 219,70 triliun. Nilai itu turun tipis 2%, jika dibandingkan total pendapatan 2022.
Togar menyebut peningkatan produk tradisional merupakan indikator keberhasilan penetrasi dan literasi asuransi jiwa. Apabila masyarakat menginginkan produk asuransi dengan manfaat dan klaim yang pasti, tentu dapat memilih produk asuransi tradisional.
"Jika menginginkan fleksibilitas terkait klaim dan manfaat asuransi, masyarakat bisa menggunakan unitlink," katanya.
Dengan semangat transformasi dan kolaborasi, Togar menyatakan AAJI terus mendorong perusahaan asuransi jiwa untuk terus mengembangkan setiap produknya, baik produk tradisional maupun unitlink. Sebab, kedua produk memiliki keunggulan sesuai dengan kebutuhan profil nasabah yang berbeda.
Mengenai prospek, Togar mengatakan premi industri asuransi jiwa diperkirakan rebound setelah penyesuaian produk unitlink mengikuti regulasi terbaru, yaitu SEOJK Nomor 5 Tahun 2022.
"Pertumbuhan unitlink dan tradisional diharapkan berimbang pada 2024 agar dapat mendorong pertumbuhan industri asuransi jiwa makin baik," kata Togar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News