Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Roy Franedya
JAKARTA. Manajemen Bank Mutiara butuh waktu lebih untuk mempersiapkan data-data yang dibutuhkan investor dalam proses uji tuntas atau due deligence. Karenanya, manajemen memutuskan melaksanakan proses tersebut bulan September. Seharusnya proses uji tuntas sudah dimulai minggu ketiga Agustus 2013.
Direktur Utama Bank Mutiara, Sukoriyanto Saputro mengatakan, dalam proses uji tuntas calon investor akan dapat memeriksa kondisi bank. Dalam proses tersebut dibutuhkan beberapa data seperti kinerja perusahaan, kesehatan bank dan lain-lainnya. "Jika berlanjut mereka akan melakukan penawaran," ujarnya, Kemarin.
Saat ini ada dua investor asing yang akan melakukan uji tuntas Bank Mutiaranya. Entitas kedua investor ini adalah bank yang berasal dari Cina dan Australia, bukan Weston International Capital.
Beberapa waktu lalu, Weston Internasional mengejutkan publik karena secara terang-terangan ingin mengakuisisi Bank Mutiara. Bahkan head fund asal Kepulauan Mauritius ini berjanji mengubah Mutiara jadi bank syariah dengan fokus menggarap sektor mikro. Namun pada kenyataannya, Weston bahkan tidak lulus prakualifikasi. "Tidak ada itu pemodal asal Mauritius," tambah Sukorianto.
Direktur Utama Danareksa Sekuritas, Marciano Herman memang sejak awal meragukan niat Weston. Menurut penasehat keuangan divestasi Bank Mutiara ini, investor yang serius tidak akan mempublikasikan indentitas sebelum akusisi ini mendekati final. Tujuannya, agar akusisi ini tidak terganggu dengan isu-isu negatif yang beredar.
Nah, jika kedua investor tertarik akuisisi Mutiara, keduanya harus menyiapkan dana sebesar Rp 6,7 triliun sesuai modal sementara yang disuntikkan Pemerintah. Bagi semua kalangan harga tersebut dianggap kemahalan. Alasannya, tidak ada bank di Asia tenggara yang memiliki price to book value (PBV) lima kali, seperti harga yang disyaratkan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Jika tidak bersedia, investor bisa menawar setelah November. Mutiara akan dilepas pada harga terbaik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News