kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.278.000   -12.000   -0,52%
  • USD/IDR 16.695   42,00   0,25%
  • IDX 8.275   111,21   1,36%
  • KOMPAS100 1.154   17,76   1,56%
  • LQ45 844   12,45   1,50%
  • ISSI 286   3,78   1,34%
  • IDX30 443   6,51   1,49%
  • IDXHIDIV20 512   8,80   1,75%
  • IDX80 130   2,06   1,61%
  • IDXV30 137   1,09   0,80%
  • IDXQ30 141   2,17   1,57%

Prudential: Masukan Penasihat Medis Bisa Membantu dalam Penyusunan Produk


Senin, 03 November 2025 / 05:30 WIB
Prudential: Masukan Penasihat Medis Bisa Membantu dalam Penyusunan Produk
ILUSTRASI. PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) menilai kehadiran Medical Advisory Board (MAB) atau Dewan Penasihat Medis (DPM) dapat membantu perusahaan melakukan inovasi produk


Reporter: Ferry Saputra | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) menilai kehadiran Medical Advisory Board (MAB) atau Dewan Penasihat Medis (DPM) dapat membantu perusahaan melakukan inovasi produk ke depannya.

Chief Customer and Marketing Officer Prudential Indonesia Karin Zulkarnaen mengatakan masukan dan saran dari DPM tak hanya membantu dalam kepentingan klaim saja, tetapi bisa menjadi pertimbangan bagi perusahaan dalam menyusun produk asuransi ke depannya.

"Jadi, bukan hanya untuk kepentingan klaim. Kami juga bisa mendapatkan banyak input dari Dewan Penasihat Medis dan dimasukkan ke dalam produk-produk atau desain kami ke depannya," ungkapnya saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Minggu (2/11/2025).

Baca Juga: Resmi Bentuk Dewan Penasihat Medis Sendiri, Prudential Beberkan Alasannya

Karin menerangkan pada dasarnya tren medis itu terus berubah. Dia mencontohkan pada 30 tahun lalu, seseorang yang dioperasi akan mendapatkan penanganan yang besar, tetapi kini trennya bisa lebih cepat dan dengan skala operasi kecil saja.

Dengan demikian, Karin bilang tren di bidang medis yang selalu berubah juga akan mengharuskan perusahaan untuk terus berinovasi dalam hal produk ke depannya. Oleh karena itu, dia bilang Dewan Penasihat Medis juga bisa membantu dalam hal tersebut. 

"Mungkin produk-produk kami harus bisa lebih inovatif lagi ke depannya. Kami mendapat masukan dari Dewan Penasihat Medis, sehingga tren produk kami juga tidak hanya mengacu ke belakang, tetapi juga bisa melihat ke depannya," tuturnya.

Sementara itu, Chief Health Officer Prudential Indonesia Yosie William Iroth menyebut DPM memiliki peran penting dapat memperkuat ekosistem asuransi kesehatan, termasuk proses klaim. Dia menjelaskan adanya DPM salah satunya untuk memastikan tidak adanya overutilisasi dalam perawatan dan review pengobatan yang diberikan oleh dokter kepada pasien atau nasabah Prudential. 

"Oleh karena itu, kami perlu intervensi atau nasihat dari para ahli melalui proses utilization review. Itu sudah diamanatkan dan harus dilakukan. Jadi, kami akan memberikan data-data kepada para profesor (yang tergabung dalam DPM), sehingga mereka bisa lihat trennya," ujarnya.

Apabila ditemukan sesuatu yang tak sesuai dengan proses, Yosie menuturkan DPM nantinya bisa menyampaikan masukan kepada perusahaan asuransi mengenai perbaikan yang perlu dilakukan.

"Tentu mereka bisa menyampaikan semisal ada perubahan, sehingga diberikan nasihat seperti apa. Jadi, harapannya itu. Sebab, intinya ingin memperkuat ekosistem asuransi kesehatan yang selama ini mungkin mengalami banyak gonjang-ganjing dengan tren klaim yang luar biasa," kata Yosie.

Baca Juga: Prudential Nilai Dewan Penasihat Medis Berperan Penting bagi Asuransi Kesehatan

Lebih lanjut, Yosie mengatakan kehadiran DPM nantinya tak akan mengurangi proses klaim kesehatan dari para nasabah. Dia bilang DPM juga berperan penting untuk memberikan nilai tambah bagi nasabah, seperti perawatan dan pengobatan yang sesuai.

Adapun Prudential Indonesia resmi membentuk Dewan Penasihat Medis secara sendiri. Yosie mengungkapkan alasan Prudential Indonesia membentuk DPM secara sendiri karena Prudential merupakan perusahaan asuransi besar, dengan klaim kesehatan yang juga besar. 

"Jadi, kami sudah sangat besar (size perusahaan). Kami menyadari kalau nanti sharing (membentuk DPM secara gabungan), tentu frekuensinya akan mengganggu teman-teman yang lain. Kompleksitas bisnis kami juga berbeda mungkin dengan teman-teman yang lain. Jadi, kami memutuskan berdiri sendiri," tuturnya.

Yosie juga mengatakan DPM yang dibentuk akan digunakan oleh Prudential Indonesia dan Prudential Syariah. Mengenai komposisi, dia menuturkan DPM yang dibentuk Prudential Indonesia beranggotakan 3 dokter spesialis, yakni Abdul Muthalib dokter spesialis penyakit dalam, Muhammad Yamin dokter spesialis jantung, serta Andri Maruli Tua Lubis dokter spesialis ortopedi. Nantinya, mereka akan membantu melakukan review medis dan memberikan masukan kepada Prudential Indonesia.

"Jadi, ada dokter spesialis penyakit dalam, spesialis jantung, dan spesialis ortopedi," ujarnya.

Baca Juga: Dorong Kinerja, Prudential Indonesia Terapkan Sejumlah Strategi Ini

Yosie menerangkan fokus utama Prudential Indonesia mengisi DPM dengan 3 dokter spesialis tak terlepas dari klaim kesehatan yang tinggi. Tercatat, total klaim yang telah dibayar perusahaan mencapai Rp 11,6 triliun per September 2025. Klaim itu terdiri dari klaim jiwa, klaim kesehatan, klaim penyakit kritis, dan lainnya.

"Jadi, kami lihat karena berdasarkan klaim-klaim yang tinggi itu, makanya kami memprioritaskan ada tiga subspesialis, yakni kanker, jantung, ortopedi. Jadi, cukup mewakili berbagai spesialis yang berbeda supaya bisa saling melengkapi," ucap Yosie. 

Selanjutnya: Sinopsis The Manipulated saat Ji Chang Wook & D.O. Adu Akting di Drakor Baru

Menarik Dibaca: Sinopsis The Manipulated saat Ji Chang Wook & D.O. Adu Akting di Drakor Baru

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×