kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

PwC: 90% perusahaan asuransi ingin digitalisasi


Selasa, 31 Mei 2016 / 23:08 WIB
PwC: 90% perusahaan asuransi ingin digitalisasi


Reporter: Dina Farisah | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Hampir seluruh perusahaan asuransi di Tanah Air akan melakukan transformasi pengembangan infrastruktur teknologi informasi (TI). Ini merupakan hasil riset yang dilakukan PwC Indonesia terhadap perusahaan asuransi di Indonesia.

Theresia Yovita, Associate Partner Financial Assurance PwC Indonesia mengatakan, pihaknya telah mengadakan survei kepada perusahaan asuransi terkait kesiapan perusahaan dalam menghadapi era digitalisasi. Hasilnya, 90% perusahaan asuransi mengaku akan melakukan transformasi melalui pengembangan infrastruktur TI dalam waktu 18 bulan mendatang. Hal ini menunjukkan tingginya kesadaran perusahaan untuk beralih ke era digital.

"Meski perusahaan asuransi yang kami survei menyadari digitalisasi tidak bisa dihindari, namun rata-rata mereka belum memiliki jawaban yang jelas tentang apa yang akan dilakukan dan kapan perusahaan betul-betul akan mengimplementasikannya," imbuh M Jusuf Wibisana, Financial Services Partner PwC Indonesia.

Jusuf bilang, transformasi perusahaan asuransi menuju digitalisasi masih akan memakan waktu panjang. Terlebih bagi perusahaan asuransi kecil, di mana perusahaan tersebut belum mencantumkan transformasi digital ke dalam strategi mereka.

Menurut PwC Indonesia, tidak semua perusahaan asuransi bisa membeli TI. Kalaupun perusahaan memiliki anggaran mengembangkan TI, maka pekerjaan rumah tidak berhenti sampai di situ. Perusahaan asuransi juga harus mengubah business model serta mengubah people behavior.

"Saat ini saja branchless banking yang sudah jauh lebih dulu dimulai, belum berjalan optimal. Pengguna smartphone di Indonesia banyak, tapi tidak bisa cepat untuk penggunaan digital insurance. Sebab masyarakat Indonesia belum banyak yang menggunakan smartphone untuk kegiatan produktif," ujar Jusuf.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×