Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo
Adapun PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mencatat pemulihan kredit hapus buku sebesar Rp 7 triliun pada tahun 2019, itu meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya memulihkan Rp 6,3 triliun. Namun, recovery rate bank ini justru turun jadi 40% dari 51,9% karena kredit hapus bukunya meningkat signifikan sebesar 39,3% jadi Rp 17 triliun.
Hapus buku merupakan salah satu opsi untuk mengurangi rasio kredit seret alias non-performing loan (NPL) di laporan keuangan bank.
Kredit bermasalah yang sulit ditangani dipindahkan dari neraca bank menjadi ekstrakomptabel sehingga tidak membebani kinerja bank lagi, tetapi tidak menghapus hak bank untuk melakukan penagihan pelunasan pada debitur.
Pencatatan ekstrakomptabel merupakan pencatatan dalam laporan keuangan bank yang tidak dimunculkan dalam neraca keuangan bank.
Baca Juga: Bankir prediksi kredit modal kerja bakal menggeliat tahun ini
Haru Koesmahargyo, Direktur Keuangan BRI mengatakan, kredit hapus buku perseroan tahun lalu sebagian besar berasal dari sektor perdagangan, transportasi, serta minyak dan gas.
Bank pelat merah ini terus berupaya melakukan penagihan terhadap kredit hapus buku tersebut. "Pendapatan BRI dari recovery kredit tahun lalu tumbuh sekitar 13%," kata Haru pada KONTAN, Jumat (31/1).
Tahun ini, BRI akan terus mendorong menjaga kualitas aset agar kredit hapus buku berkurang. Perseroan menargetkan write off sekitar Rp 12 triliun -Rp 13 triliun. Sedangkan rasio pemulihan kredit hapus buku akan dijaga sekitar 50%.