Sumber: KONTAN |
JAKARTA. Semakin sulitnya likuiditas perbankan membuat pemasukan kepada bank turut cekak. Seperti kita tahu, hal tersebut tak hanya terjadi di Indonesia saja, tapi terjadi dimanapun termasuk Asia. Pemasukan yang semakin sepi memaksa bank melakukan efisiensi terhadap struktur organisasinya seperti pemangkasan karyawan.
Adalah Royal Bank of Scotland atau RBS yang 58% sahamnya dimilkiki oleh pemerintah United Kingdom atau Inggris paska pemberian dana bail out, pada akhir Desember 2008 sudah memangkas lebih dari sepertiga karyawannya di Asia termasuk kepala divisi keuangan. Paling tidak RBS sudah mengurangi jumlah karyawannya sebanyak 70 orang termasuk Richard Orders yang merupakan kepala humas RBS Asia-Pasifik. Namun hal tersebut belum bisa dipastikan kebenarannya karena memang tidak ada pengumuman yang disampaikan untuk publik.
Salah satu staf RBS mengatakan saat ini beberapa staf yang sudah dinyatakan berhenti bekerja hanya tinggal menyelesaikan kontrak yang sudah ada sebelum akhirnya benar-benar berhenti bekerja. Bank yanbg berbasis di Edinburgh juga telah mengurangi pekerja globalnya untuk menghemat pembiayaan setelah menerima dana bailout sebesar 20 miliar poundsterling atau setara dengan US$ 30 miliar dari pemerintah Inggris.
RBS Asia yang bergabung dengan HSBC tengah melakukan pemangkasan terhadap karyawannya. Hal itu merupakan efek dari pelambatan ekonomi setelah bank mengalami kerugian akibat gagal bayar pada non performing loan (NPL) yang mencapai US$ 1 triliun sejak tahun 2007.
Staf RBS Asia juga menceritakan bahwa di akhir 2008, RBS berencana memangkas 2.700 pekerjanya termasuk Sekuritas RBS. Hal tersebut sebagai respon dari penyusutan industri keuangan dan surutnya permintaan dari klien karena sedang menyesuaikan dengan keadaan krisis yang sedang terjadi.
Sebagai gambaran, bank terbesar kedua di Inggris sebelum perusahaan kehilangan 87% pangsa pasarnya pada tahun ini. Hal tersebut membuat kinerja RBS pada tahun ini paling buruk selama 40 tahun dalam kredit macet. Hingga November bank sudah rugi lebih dari 7 miliar poundsterling pada penyaluran kredit. Bahkan CEO RBS Stephen Hester memperkirakan angka kredit macetnya hingga akhir tahun masih akan terus meningkat.
Sementara itu, Direktur Retail Banking RBS, Darmadi Sutanto mengatakan pihaknya belum tahun mengenaio rencana pemangkasan karyawan RBS yang ada di Indonesia. "Sepertinya belum ada pembicaraan kesitu, justru kami sedang menggenjot pemasukan melalui kartu kredit," pungkas Darmadi kepada KONTAN akhir pekan lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News