kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Regulator dan bankir optimistis penyaluran kredit bakal lebih kencang pada tahun 2022


Rabu, 24 November 2021 / 20:24 WIB
Regulator dan bankir optimistis penyaluran kredit bakal lebih kencang pada tahun 2022
ILUSTRASI. Petugas teller melayani nasabah di kantor cabang Bank BNI Jakarta (5/11). ./pho KONTANCarolus Agus Waluyo/05/11/2021.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

“Sumber pertumbuhannya ada dua, pertama nasabah yang sudah ada kita bimbing untuk naik kelas. Kemudian, nasabah yang belum masuk ke perbankan. Kelasnya sudah kita siapkan dengan Holding Ultra Mikro,“ paparnya.

BRI berhasil menyalurkan kredit secara konsolidasi mencapai Rp 1.026,42 triliun hingga September 2021. Nilai itu tumbuh 9,74%% yoy dibandingkan posisi yang sama tahun lalu.  “Kredit ini ditopang oleh kredit UMKM yang tumbuh 12,5% yoy menjadi Rp 848,6 triliun. Sehingga porsi kredit UMKM di BRI terus naik menjadi 82,67% terhadap total portofolio kredit,” ujarnya. 

Bank Negara Indonesia (BNI) menargetkan kredit tumbuh sekitar 7% hingga 9% di 2022 mendatang. Sedangkan pertumbuhan DPK diproyeksi naik di kisaran 6%-7%. 

"Guna menyikapi potensi ekonomi  tahun 2022, kami sudah siap dengan rencana bisnis dengan fondasi yang kita bangun tahun 2021. Kredit akan kami targetkan mendekati double digit, kami akan ekspansi kredit di semua lini bisnis," kata Direktur Utama BNI Royke Tumilaar. 

Baca Juga: Bank akan pilih pertahankan status UUS jika spin off tak lagi mandatory

Ia percaya masih ada momentum ekspansi dengan suku bunga yang rendah di tahun depan. Hal ini didorong dengan upaya pemerintah dalam menjaga perekonomian. 

Kendati demikian, ia merasa rencana kenaikan bunga The Fed sebagai tantangan. Kenaikan tersebut tentu akan berdampak pada kebijakan suku bunga dalam negeri sehingga akan berdampak pada kenaikan biaya dana perbankan. Oleh karena itu, Royke melihat diperlukan relaksasi dari BI agar bisa mendukung pertumbuhan kredit dengan suku bunga yang rendah. 

"Kami harapkan kebijakan relaksasi terkait GWM dan RIM  dapat diperpanjang  agar bisa tekan COF Bank," katanya. 

Selain itu, perlu adanya regulasi agar menjaga level kompetisi yang sehat karena saat ini mulai marak bank melakukan pemasaran produk tabungan tingkat suku bunga yang relatif tinggi sekarang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×