kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Return unitlink saham dan unitlink campuran loyo di bulan Mei 2021


Minggu, 06 Juni 2021 / 14:39 WIB
Return unitlink saham dan unitlink campuran loyo di bulan Mei 2021
ILUSTRASI. Nasabah mengamati produk asuransi yang ditawarkan melalui kanal digital Di jakarta, Selasa (26/1). ./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/26/01/221.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga Mei 2021, return atau imbal hasil beberapa produk unitlink mengalami penurunan jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, seperti yang terjadi pada unitlink saham dan unitlink campuran yang loyo. Sebaliknya, unitlink pendapatan tetap tetap memberikan imbal hasil yang terus membaik meskipun masih minus.

Infovesta mencatat hingga 31 Mei 2021, rata-rata imbal hasil untuk unitlink pendapatan tetap sebesar -0,24% ytd. Selanjutnya, ada unitlink campuran yang memberikan imbal hasil -1,68% ytd dan unitlink saham dengan imbal hasil -1,72% ytd.

Sebagai perbandingan, rata-rata imbal hasil unitlink di bulan sebelumnya, antara lain unitlink pendapatan tetap sebesar -0,73% ytd, unitlink saham -1,29% ytd, dan unitlink campuran -1,50% ytd.

Baca Juga: Premi asuransi marine hull Jasindo tumbuh 105% hingga April 2021

Senior Research Analyst Infovesta Utama Praska Putrantyo menjelaskan bahwa penurunan yang terjadi pada unitlink campuran dan unitlink saham paling besar merupakan dampak dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menurun. Seperti diketahui, IHSG selama bulan Mei mengalami penurunan 0,80%.

“Sentimen pasar itu utamanya karena faktor peningkatan kasus covid-19 di India dan melebar ke negara-negara Asia Tenggara. Indeks kita seperti IHSG akhirnya menjadi pesimis sekaligus mengantisipasi seberapa besar potensi kenaikan kasus covid-19 dalam negeri terutama pasca libur lebaran,” ujar Praska kepada KONTAN, Sabtu (5/6).

Meski demikian, Praska bilang  koreksi IHSG untungnya dapat ditahan dengan investor asing yang mencatatkan net buy di atas Rp 2 triliun menyusul data-data manufaktur beberapa negara yang positif. Menurutnya, hal tersebut yang akhirnya mampu membuat IHSG dapat sedikit rebound di akhir bulan.

Berbicara tentang imbal hasil unitlink pendapatan tetap yang terus membaik, Praska menyebutkan bahwa investor di bulan Mei lebih memilih investasi yang tidak terlalu volatil. Sementara itu, ia bilang bahwa sebenarnya dana investor asing di SBN mengalami pengurangan sebesar Rp 7,14 triliun.

Baca Juga: Astra Life meluncurkan layanan e-Card di Aplikasi Buddies

“Meskipun ada pengurangan dana investor asing, indeks obligasi masih mencatatkan penguatan karena kalau dilihat investor cenderung beralih ke investasi yang lebih tidak beresiko dan ditopang pula dengan penguatan rupiah,” tambah Praska.

Jika dibandingkan dengan produk investasi lainnya seperti reksadana, Praska menyebutkan bahwa kinerjanya memang lebih baik dibandingkan dengan unitlink karena reksadana lebih aktif untuk pengelolaannya.

“Tapi itu tidak bisa dibandingkan karena masing-masing punya kebijakan investasi dan karakter yang berbeda. Yang jelas arahnya baik yang berbasis pendapatan tetap maupun saham memiliki kesamaan,” jelas Praska.

Ke depan, Praska optimis kinerja unitlink pasar uang dan pendapatan tetap masih bisa tercatat positif di tahun ini. Hanya saja, Praska masih belum yakin untuk unitlink saham karena tantangan volatilnya masih besar mengingat kasus covid-19 yang belum berakhir.

Sejalan dengan apa yang disampaikan Praska, BNI Life juga mengaku bahwa kinerja unitlink pendapatan tetap lebih bagus dibandingkan dengan jenis lainnya. Meskipun tidak menyebutkan imbal hasil yang diberikan, volatilitas pasar obligasi dinilai menjadi salah penyebab imbal hasil unitlink pendapatan tetap menjadi juara.

“Volatilitas pasar obligasi tidak seperti pasar saham sehingga masih memberikan imbal hasil lebih baik, begitu juga jika dibanding dengan unitlink money market yang lebih konservatif,” ujar Direktur Bisnis BNI Life Neny Asriani.

Neny juga menyebutkan bahwa perkembangan kasus Covid-19 masih akan mempengaruhi kinerja pasar yang juga akan berpengaruh pada volatilitas pasar. 

Baca Juga: Ada pandemi Covid-19, santunan Jasa Raharja turun

Kami telah menyiapkan untilink dengan pilihan strategi yang berbeda-beda; agresif, moderat maupun konservatif. Nasabah dapat memilih unitlink sesuai dengan risk appetite mereka,” tambah Neny.

Sedikit berbeda, Allianz Life justru mencatat unitlink berbasis saham baik itu yang diinvestasikan di luar negeri maupun dalam negeri memiliki hasil yang mampu mengungguli unitlink yang berbasis obligasi.

Hingga saat ini, produk unitlink yang dimiliki Allianz Life dengan imbal hasil yang baik adalah unitlink tematik yang diinvestasikan di saham-saham Indonesia seperti Smartwealth Rupiah Equity Small Medium Capital dengan imbal hasil 16,02% dan Smartwealth Rupiah Equity Infrastructure yang mampu memberikan imbal hasil 9,09%.

“Ini karena pertumbuhan ekonomi Global sudah menunjukkan angka perbaikan dengan Indonesia sendiri pertumbuhan ekonomi kuartal 1 mencapai -0,74% lebih baik dibandingkan kuartal 1 2020. Tren ekonomi yang membaik berdampak positif kepada pasar modal,” ujar Ni Made Daryanti, Chief Investment Officer Allianz Life Indonesia.

Selanjutnya: Naik dua digit, industri asuransi jiwa kumpulkan aset Rp 552,08 triliun hingga April

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×