Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja saham perbankan, terutama emiten bank berkapitalisasi besar (big banks), kompak melemah setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunganya sebesar 25 bps ke level 3,50%–3,75%.
Seperti diketahui, The Fed telah mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli 2023. Mereka baru memangkasnya pada September 2024 dan dilanjutkan pada November serta Desember 2024 dengan total 100 basis poin (bps) pada tahun tersebut ke 4,25%–4,50%.
The Fed kemudian menahan suku bunga hingga Agustus 2025 sebelum memangkasnya kembali pada September dan Oktober 2025.
Dilihat dari Stockbit, pada penutupan perdagangan Kamis (11/12/2025), empat saham perbankan berkapitalisasi besar PT Bank Central Asia (BBCA), PT Bank Mandiri (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia (BBNI) seluruhnya berada di zona merah.
Penurunan saham terdalam dialami BBNI, sementara koreksi terdangkal tercatat pada BMRI.
Baca Juga: BTN Berikan Relaksasi Kredit untuk 10.000 Debitur Terdampak Bencana di Sumatra
Saham BBCA ditutup di level Rp 8.000 per saham atau turun 0,93% dibandingkan penutupan hari sebelumnya. BBCA sempat menguat ke level Rp 8.200, namun kembali terkoreksi menjelang penutupan.
Kemudian, saham BMRI ditutup di harga Rp 4.950 per saham. Dibandingkan penutupan Rabu (10/12/2025), harga ini melemah 0,40%. Dalam perdagangan hari ini, BMRI sempat menyentuh level tertinggi Rp 5.050 sebelum kembali menurun.
Adapun saham BBRI ditutup di level Rp 3.620 per saham. Posisi tersebut mencerminkan penurunan sebesar 1,09% dibandingkan penutupan sebelumnya.
Sementara itu, saham BBNI menjadi yang paling tertekan, ditutup pada level Rp 4.230 per saham. Harga tersebut turun 1,86% dibanding penutupan sehari sebelumnya, mencatatkan koreksi terdalam di antara saham big banks.
Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, mengatakan penurunan suku bunga The Fed secara teori memberikan efek positif bagi perbankan domestik.
“Dalam jangka pendek, pasar melihat langkah The Fed sebagai sinyal meredanya tekanan likuiditas global dan stabilitas rupiah yang lebih terjaga,” ujar Ekky kepada kontan.co.id, Kamis (11/12/2025).
Baca Juga: Bank Mandiri Lakukan Pemetaan Debitur Terdampak Bencana di Sumatra
Menurutnya, kondisi tersebut membuka kembali peluang masuknya aliran dana asing ke saham-saham berkapitalisasi jumbo seperti BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI. Stabilitas makro yang lebih baik umumnya membuat investor global kembali melirik bank-bank besar dengan fundamental kuat dan likuiditas tinggi.
Ekky menjelaskan bahwa secara fundamental, siklus penurunan suku bunga global biasanya menjadi titik awal membaiknya margin bunga bersih (NIM) dan turunnya biaya dana (cost of fund) dalam beberapa kuartal ke depan.
“Ini menempatkan big banks pada posisi yang relatif lebih diuntungkan dibanding bank tier-2 yang masih menghadapi fase perbaikan kualitas aset,” jelasnya.
Selain itu, valuasi big banks saat ini disebut berada pada level yang cukup menarik. Mayoritas saham perbankan besar seperti BBCA, BMRI, BBRI, BBNI, BRIS, hingga BBTN diperdagangkan di kisaran valuasi yang lebih rendah daripada rata-rata historisnya. Namun, Ekky menilai pasar masih menunggu katalis lanjutan.
Baca Juga: CIMB Niaga Siap Relaksasi Kredit Terdampak Banjir Sumatera
“Yang menjadi kendala saat ini adalah momentum. Investor ingin melihat seberapa cepat NIM bisa pulih dan bagaimana laju pertumbuhan kredit memasuki 2026,” ujarnya.
Dengan kombinasi valuasi yang menarik, likuiditas tinggi, dan sensitivitas besar terhadap arus dana asing, big banks masih menjadi pilihan utama.
Ekky pun memproyeksikan BMRI berpotensi menguat menuju 5.600–6.000 didukung tren rotasi dana asing ke sektor perbankan. Sementara BBRI memiliki ruang penguatan menuju 4.500–5.000 dalam jangka menengah, seiring membaiknya sentimen dan ekspektasi pertumbuhan laba yang kembali positif pada 2026.
"Jika siklus penurunan suku bunga global berjalan sesuai ekspektasi, perbaikan kualitas pendanaan diperkirakan menjadi katalis utama peningkatan profitabilitas perbankan besar, sekaligus memperkuat prospek sektor ini di tahun depan," ungkapnya.
Selanjutnya: Penyidik OJK Telah Selesaikan 167 Perkara hingga November 2025
Menarik Dibaca: 18 Makanan yang Bisa Bantu Turunkan Tekanan Darah Tinggi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













