Reporter: Umi Kulsum | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam waktu dekat investor ritel bakal memiliki pilihan instrumen investasi baru. PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) pada 2 Agustus 2018 mendatang akan menerbitkan produk Efek Beragun Aset Surat Partisipasi (EBA-SP) yang menyasar investor ritel.
Direktur SMF Trisnadi Yulrisman mengatakan, EBA-SP yang mengincar investor ritel ini adalah yang pertama kali diluncurkan SMF. Tujuannya agar produk ini bisa lebih likuid di pasar. Pada tahap awal pemasaran ke ritel ditargetkan bisa mencapai Rp 40 miliar sampai Rp 50 miliar, tergantung animo pasar.
Produk ini ditawarkan mulai dari Rp 100.000. Trisnadi menjelaskan, EBA-SP ritel ini sejatinya produk pilihan yang sudah diterbitkan SMF sebelumnya. SMF sudah menerbitkan EBA-SP sejak tahun 2015 hingga 2018. Adapun besaran bunga dan tenor produk ini akan sama dengan EBA-SP yang melekat di produk yang akan dilepas.
Sejak tahun 2015, SMF telah meluncurkan lima seri EBA-SP bertenor dua sampai lima tahun. Kupon yang ditawarkan 7%–9,1%. "Kami akan menawarkan kupon yang bersaing dengan pasar," ujarnya.
Saat ini SMF mengantongi peringkat AAA untuk korporasi dari Fitch Rating. Menurut Trisnadi, penerbitan EBA-SP ritel ini memberikan warna baru kepada masyarakat khususnya segmen ritel untuk berinvestasi.
Dalam memasarkan produk ritel ini SMF menggandeng BNI Sekuritas dan beberapa sekuritas lain yang memiliki investor ritel cukup besar."Target kami memasarkan produk ini bukan hanya investor eksisting, tapi juga investor pemula juga bisa berinvestasi pada produk EBA-SP," katanya.
Sampai pertengahan tahun ini, SMF telah memfasilitasi 12 kali transaksi sekuritisasi dengan menggunakan skema EBA SP. Sebanyak 11 kali dilakukan kerjasama dengan Bank Tabungan Negara (BTN) dan satu kali dengan Bank Mandiri.
Total akumulasi transaksinya sebesar Rp 10,15 triliun. EBA-SP tersebut menggunakan underlying kredit pemilikan rumah (KPR) dari bank dengan kategori prime mortgage.
Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra mengatakan, produk seperti ini melengkapi investasi di surat utang yang sudah ada seperti sukuk ritel maupun obligasi ritel indonesia (ORI) yang diterbitkan oleh pemerintah.
Made menyarankan, investor tidak membeli dibatasi minimum Rp 100.000, tapi bisa dimulai dari Rp 5 juta, agar mendapatkan keuntungan maksimal. "Karena akan terpotong pajak dan administrasi, sehingga return yang didapat kurang maksimal jika di batas minimum," kata Made.
Made mencontohkan, apabila EBA-SP SMFBMRI01 milik SMF yang dilepas pada tahun 2016 tenor 5 tahun berkupon 9,1%, masih ada tersisa tenor tiga tahun. Jika dibandingkan yield surat utang negara (SUN) bertenor tiga tahun saat ini sebesar 7,3% tawaran SMF tersebut masih cukup menarik.
Adapun target pemasaran sebesar Rp 50 miliar, menurut Made masih cukup realistis. Namun memang membutuhkan sosialisasi secara gencar kepada masyarakat agar banyak yang tertarik.
Sementara dari sisi risiko investasi masih cukup terukur, karena mengantongi peringkat AAA. Selain itu, likuiditas di pasar sekunder juga cukup baik karena SMF akan menjadi standbye buyer atas penerbitan EBA-SP ini. Jika tertarik, tak ada salahnya mencermati tawaran SMF ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News