kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sederet Bank Ini Siapkan Strategi untuk Kejar Modal Inti Rp 3 Triliun


Rabu, 18 Mei 2022 / 19:33 WIB
Sederet Bank Ini Siapkan Strategi untuk Kejar Modal Inti Rp 3 Triliun
ILUSTRASI. Petugas teller melayani nasabah di kantor cabang Bank Sahabat Sampoerna jakarta./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank terus mengupayakan memiliki modal inti Rp 3 triliun di penghujung 2022. Maklum, hingga kuartal I-2022, masih terdapat beberapa bank yang masih belum memenuhi ketentuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tersebut. 

Kini terdapat 30 bank kecil yang tengah berjuang mendapatkan suntikan modal. Dari jumlah tersebut, sudah ada 22 bank yang sudah memiliki modal inti Rp 2 triliun. Namun, tiga diantaranya tidak perlu harus memiliki modal inti Rp 3 triliun lantaran termasuk dalam kelompok usaha bank (KUB). 

Ini sesuai dengan Peraturan OJK Nomor 12 tentang Konsolidasi Bank Umum menyebutkan bagi Bank selain Perusahaan Induk atau selain pelaksana Perusahaan Induk dalam KUB wajib dipenuhi paling sedikit Rp 1 triliun.

Mereka adalah BCA Syariah bermodal inti Rp 2,83 triliun dengan induk Bank BCA. Lalu, Bank Panin Syariah bermodal inti Rp 2,08 triliun yang menginduk ke Bank Panin. Ada juga, Bank Raya (AGRO) bermodal inti Rp 2,16 triliun ke Bank BRI.

Direktur BCA Syariah Rickyadi Widjadja mengakui dalam rencana bisnis bank (RBB) yang sudah diajukan ke OJK, perseroan belum ada rencana penguatan modal di 2022. Sebab, sesuai ketentuan, BCA Syariah sudah menjadi bagian dari BCA. 

Baca Juga: Perkuat Likuiditas, Bank Oke Indonesia Terima Kredit Rp 100 Miliar dari BCA

Sedangkan bank yang berdiri sendiri, masih terus berjuang menambal modalnya. Segala cara diupayakan, mulai dengan menggelar rights issue, mengandalkan dukungan pemilik saham, mencari investor strategis yang baru, hingga melantai di bursa saham alias initial public offering (IPO). 

PT Bank Sahabat Sampoerna optimistis dapat memenuhi ketentuan modal inti minimum ini dalam jangka waktu yang telah ditentukan oleh OJK. Direktur Keuangan dan Perencanaan Bisnis Bank Sampoerna Henky Suryaputra menyatakan penambahan modal dari pemegang saham saat ini, baik pemegang saham pengendali ataupun pemegang saham minoritas, merupakan opsi yang sangat terbuka. 

“Opsi lainnya berupa tambahan modal dari pemegang saham baru, baik melalui mekanisme IPO maupun non-IPO, tetap kami jajaki,” ujar Henky kepada Kontan.co.id, Rabu (18/5). 

Terlebih, saat ini, Bank Sampoerna baru saja mendapat tiga pemegang saham baru sehingga menerima tambahan modal sebesar lebih dari Rp 900 miliar dalam 12 bulan terakhir. Sehingga, modal inti Bank Sampoerna telah mencapai hampir Rp 2,6 triliun di Maret 2022. 

“Tentunya dibutuhkan tambahan sekitar Rp 400 miliar untuk Bank Sampoerna memenuhi ketentuan modal inti minimum sebesar Rp3 triliun pada akhir tahun 2022,” tambahnya. 

Dengan bertambahnya modal inti, secara otomatis akan meningkatkatkan rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank yang pada Maret 2022 ini sendiri telah mencapai 30%. Tambahan modal ini akan memberi keleluasaan bagi Bank Sampoerna. 

“Bank dapat memberikan lebih banyak pembiayaan secara langsung pada UMKM, maupun pada mitra yang menyalurkan lebih lanjut pada UMKM. Bank juga akan dapat mengembangkan layanan yang lebih baik bagi nasabah,” tuturnya. 

Baca Juga: Bank Sampoerna Bukukan Laba Bersih Rp 13,0 Miliar di Kuartal 1-2022

Lain halnya dengan PT Bank Multi Arta Sentosa Tbk (MASB) memilih untuk tidak membagikan dividen kinerja 2021 untuk mengejar modal inti Rp 3 triliun. Direktur utama Bank MAS Danny Hartono menyatakan bank juga mendorong para pemegang warran yang ditebar saat melakukan initial public offering (IPO). 

Ia menyebut rincian jumlah 168 juta waran kalau ditukarkan harga 3.500 maka dapat sekitar Rp 651 miliar modal disetor. Adapun per Maret 2022 ini, Bank Mas telah mengantongi modal inti senilai Rp 2,58 triliun. 

“Ke depannya kita lihat nanti kita lihat dan harapkan penuhi Rp 3 triliun. Tidak tutup kemungkinan bank akan semakin besar sehingga butuh modal besar dan sinergi kerja sama dengan strategis partner atau investor,” tambahnya. 

Sedangkan Bank Amar Indonesia memilih meminang investor baru guna meningkatkan modal inti perusahaan. Bank bersandi saham AMAR ini baru mengantongi modal inti senilai Rp 2 triliun di Maret 2022. 

Oleh sebab itu, pada awal Mei 2022, perusahaan mengumumkan rencana akuisisi Investree Group terhadap saham milik Tolaram Group sebesar 18,4% di Bank Amar. 

Vishal Tulsian, Presiden Direktur Amar Bank menyatakan transaksi ini merupakan langkah ke depan yang signifikan bagi Amar Bank. 

“Keterlibatan dan keahlian Investree akan memungkinkan kami untuk memperkenalkan produk baru yang lebih baik untuk UMKM di Indonesia, bersama dengan produk pinjaman digital unggulan kami, Tunaiku dan mobile-only bank, Senyumku. Bersama-sama, kami akan memberikan perbankan digital yang memberikan dampak,” tutur Vishal.

Sedangkan upaya PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) memperkuat modal dengan cara memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) VI alias rights issue.  Bank akan melepas saham baru sebanyak-banyaknya 5 miliar dengan nilai nominal Rp 100 setiap saham. 

Seluruh dana yang diperoleh dari hasil rights issue ini setelah dikurangi biaya-biaya emisi akan dipergunakan seluruhnya oleh perseroan untuk memperkuat modal inti. Juga untuk modal kerja pengembangan Usaha Perseroan berupa penyaluran kredit dan kegiatan operasional perbankan lainnya. 

Agar rencana ini berjalan dengan mulus, BBYB akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada 28 Mei 2021. Sedangkan tanggal Efektif rights issue ini pada 28 April 2022.  

Pada akhir tahun lalu, manajemen sudah menyebut-nyebut terkait aksi rights issue ini. Perseroan membidik dana segar sebesar Rp 5 triliun.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×