Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Perbankan Tanah Air optimistis menyongsong tahun 2025 dengan kinerja bisnis yang lebih baik, seiring dengan proyeksi perekonomian Indonesia yang diproyeksikan akan lebih baik meskipun perekonomian global masih relatif stagnan.
Di sisi lain, sejumlah bankir menilai, meski Bank Indonesia menargetkan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi pada tahun 2025, yakni di kisaran 11-13%, dari target tahun 2024 yang sekitar 10-11% yoy. Namun tantangan likuiditas masih belum berakhir di industri perbankan.
Untuk itu sejumlah bank tanah air akan fokus menjaga kecukupan likuiditas diiringi dengan penyaluran kredit yang berkualitas.
Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk, Lani Darmawan menilai, tantangan likuiditas yang ketat serta mahalnya biaya dana atau cost of fund masih akan tetap membayangi industri perbankan di tahun depan.
Baca Juga: Resmi Rebranding, Berikut Target dan Fokus Bisnis Bank SMBC Indonesia
Lani menyatakan, dengan tantangan likuiditas yang ketat ini, akan membuat margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) akan tetap tertekan dengan biaya dana yang masih tinggi, dan juga tantangan untuk mengontrol rasio kredi macet atau non performing loan (NPL), sehingga yield kredit atau pendapatan bunga bank juga masih belum bisa banyak berubah di tahun depan.
"Kami sedang memfinalisasi target untuk 2025. Namun Kami tidak melihat loan (kredit) akan tumbuh lebih tinggi dari 2024. Untuk memastikan profitability tetap terjaga baik," ungkap Lani kepada Kontan, Selasa (3/12).
Sebagai informasi, CIMB Niaga menetapkan target pertumbuhan kredit dikisaran 6-7% yoy pada tahun 2024.
Adapun realisasi penyaluran kredit CIMB Niaga sampai dengan Oktober 2024, tumbuh 5,6% yoy dengan nilai kredit dan pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp 209,18 triliun secara bank only.
Senada, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) juga optimitis dengan peluang pertumbuhan bisnis di tahun 2025, dimana pertumbuhan kredit berpotensi tumbuh sejalan dengan ekspektasi market. BNI melihat prospek perekonomian Indonesia akan lebih baik di 2025, dengan proyeksi pertumbuhan PDB di 4,9%-5,4% didukung oleh konsumsi rumah tangga dan investasi.
Faktor utama yang akan mendorong peningkatan konsumsi adalah efek belanja fiskal yang lebih diarahkan langsung kepada permintaan domestik, sedangkan faktor utama yang mendorong investasi adalah potensi naiknya investasi swasta seiring berjalannya program-program pemerintah yang pro-pertumbuhan dan pro-konsumsi.
Meski begitu Corporate Secretary BNI, Okki Rushartomo Budiprabowo menyatakan, pihaknya tetap mencermati perkembangan kondisi likuiditas yang diperkirakan masih akan cukup menantang terutama di Semester I-2025 dipengaruhi faktor makro ekonomi global.
Strategi BNI kedepan adalah menjaga keseimbangan antara laju pertumbuhan kredit dengan DPK agar margin bunga bersih (Net Interest Margin) tetap optimal, dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) dijaga di level yang sehat di kisaran 90-95%. Pertumbuhan DPK tersebut akan didukung dari berbagai program transformasi di BNI baik itu digitalisasi maupun pelayanan perbankan yang lebih relevan dengan kebutuhan nasabah.
"Kedepan kami meyakini kinerja positif akan tetap terjaga, ditopang oleh pertumbuhan penyaluran kredit yang kuat pada sektor korporasi dan konsumer yang telah menjadi growth engine BNI dalam beberapa tahun terakhir," ungkap Okki kepada Kontan, Selasa (3/12).
BNI akan fokus untuk melakukan ekspansi kepada debitur dengan potensi besar yaitu key industry player, beserta seluruh ekosistem bisnisnya. Dengan dukungan Transaction Banking, serta keunggulan kompetitif dari jaringan kantor luar negeri, syndication desk, dan investment banking yang dapat memfasilitasi korporasi Indonesia untuk ekstensifikasi bisnis ke pasar global, diharapkan BNI dapat menjadi top of mind nasabah korporasi.
Dari sisi digitalisasi, peningkatan fitur dan layanan Mobile Banking Wondr by BNI diharapkan mendorong pertumbuhan dana murah dan transaksi serta mempertahankan margin bunga BNI. Segmen UMKM juga diperkirakan akan lebih baik lagi pertumbuhannya dengan berbagai program dan kebijakan pemerintah dalam menumbuhkan ekonomi kerakyatan.
Beda hal dengan PT Bank Tabungan Negara Tbk, yang optimistis pada pertumbuhan kredit di kisaran 11-13% yoy di tahun 2025, lebih tinggi dibandingkan target kredit tahun ini yang dikisaran 10-11% yoy.
Corporater Secretary BTN, Ramon Armando menyatakan, optimisme tersebut sejalan dengan harapan kondisi makroekonomi yang akan lebih suportif, dengan potensi penurunan Fed Fund Rate (FFR) serta BI Rate di sepanjang tahun 2025. Hal ini juga akan meningkatkan kondisi likuiditas perbankan untuk tahun 2025, dibandingkan dengan tahun 2024.
"Pada tahun 2025 juga BTN akan turut mensukseskan program 3 Juta Rumah Pemerintah yang akan mulai diinisiasikan mulai tahun 2025, sehingga hal tersebut menjadi katalis positif bagi pertumbuhan kredit BTN," ungkap Ramon kepada Kontan, Selasa (3/12).
Ramon menyebut, beberapa kondisi fundamental BTN dan outlook tahun 2025 akan lebih baik mencakup pengembangan digital secara berkelanjutan melalui peluncuran Super Apps baru pada akhir tahun 2024, dan program merchant Bale by BTN yang akan terus dijalankan dalam rangka meningkatkan dana murah. Fee based income BTN juga akan ditumbuhkan dari beberapa mesin baru dari digital banking, transaksi ritel treasury, produk wealth management, serta transaksi wholesale banking.
Baca Juga: CIMB Niaga Finance Catat Kenaikan Pembiayaan Kendaraan Listrik 130% per November
Selanjutnya: Delta Dunia Group Perkuat Jejak di Australia dengan Investasi AUD62 Juta di 29Metals
Menarik Dibaca: Peringati Hari Disabilitas Internasional, MNI Luncurkan Kampanye Pekan Inklusivitas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News