Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Noverius Laoli
PT Bank BTPN Tbk (BTPN) juga punya kans besar untuk menjadi BUKU 4 tahun ini. Per September 2019, modal inti perseroan telah mencapai Rp 27,29 triliun. Sehingga cuma butuh sekitar Rp 2,7 triliun lagi untuk menjadi BUKU 4.
Direktur Utama Bank BTPN Ongki Wanadjati sebelumnya juga pernah menyinggung hal ini. Meski kekurangan modalnya mini, target tersebut bisa diwujudkan secara organik dalam tiga tahun mendatang.
Baca Juga: Valuasi IHSG terdiskon, investor bisa mencermati saham-saham ini
Meskipun bisa tumbuh secara organik, perlu dicatat, melimpahnya modal perseroan terutama merupakan hasil dari penggabungan usaha dengan Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC).
Modal inti perseroan misalnya tumbuh 68,46% (yoy) dibandingkan akhir September 2018 senilai Rp 16,19 triliun. Aset perseroan per September 2019 senilai Rp 182,24 triliun juga tumbuh tinggi sebesar 78,80% (yoy) dibandingkan akhSeptember 2018 senilai Rp 101,91 triliun. Adapaun laba pada periode serupa senilai Rp 2,23 triliun tumbuh 22,28% (yoy).
“Menuju BUKU 4, tidak ada strategi khusus, yang penting kami mesti fokus ke bisnis utama, kami juga mesti tingkatkan sinergi antara segmen korporat, dan ritel. Di samping itu, kami juga terus mendorong pertumbuhan di segmen digital,” kata Ongki beberapa waktu lalu.
Stretagi organik juga dicanangkan PT Bank Mega Tbk (MEGA) untuk jadi BUKU 4 pada 2025. Target ini memang cukup ambisius mengingat akhir tahun lalu, modal inti bank milik taipan Chairul Tanjung ini masih Rp 14,68 triliun. Artinya masih perseroan masih butuh Rp 15 triliun lebih untuk menjadi BUKU 4.
Baca Juga: Digibank menawarkan investasi SR012 lewat aplikasi
Apalagi Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib bilang, meskipun punya target tersebut, perseroan bakal tetap mengalokasikan 50% dari labanya sebagai dividen. Meski demikian Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib cukup optimis dengan target ini. Kinerja perseroan yang mumpuni tahun lalu jadi alasanya.
Tahun lalu, kinerja Bank Mega memang tercatat tumbuh mumpuni. Laba bersih perseroan tumbuh signifikan dari Rp 1,59 triliun pada 2018 menjadi Rp 2,00 triliun akhir tahun lalu dengan pertumbuhan 25,78% (yoy). Pertumbuhan laba ini utamanya ditopang oleh kinerja intermediasi yang juga mumpuni. Tahun lalu perseroan tercatat berhasil menyalurkan kredit Rp 53,01 triliun dengan pertumbuhan 25,47% (yoy). Perseroan bahkan mengklaim, pertumbuhan kreditnyamenadi yang tertinggi di industri perbankan tahun lalu.
“Saat ini modal inti kami sekitar Rp 15 triliun, akhir 2020 diperkirakan bisa mencapai Rp 16 triliun. Sehingga masih butuh Rp 14 triliun untuk jadi BUKU 4. Dari kalkulasi kami, akumulasi profit selama lima tahun ke depan bisa memenuhi kebutuhan Rp 14 triliun tersebut. Jika masih kurang, CT Corp telah berkomitmen menambah modal,” kata Kostaman saat paparan kinerja, Kamis (5/3) di Jakarta.