kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sejumlah bank ini menjadi kandidat bank buku IV


Minggu, 08 Maret 2020 / 18:07 WIB
Sejumlah bank ini menjadi kandidat bank buku IV
ILUSTRASI. Target kinerja OCBC NISP: Booth hadiah untuk nasabah OCBC NISP di Jakarta, Jumat (19/12). OCBC NISP membidik pertumbuhan kredit sebesar 15%-20% pada tahun 2014, sedangkan dana pihak ketiga (DPK) akan menyesuaikan pertumbuhan yang seimbang dengan kredit. K


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Sejumlah bank menengah menargetkan bisa menjadi bank jumbo di kelas bank umum kegiatan usaha (BUKU) 4 dengan modal inti di atas Rp 30 triliun dalam beberapa tahun mendatang. Target ini utamanya bakal diwujudkan secara organik.

Kini tercatat ada tujuh BUKU 4, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), PT Bank Panin Tbk (PNBN), dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN). Dua bank terahir baru jadi BUKU 4 tahun lalu.

Baca Juga: Siapkan capex US$ 50 juta di 2020, ini rencana bisnis Indo Tambangraya Megah (ITMG)

Sementara itu, bank menengah yang paling berpotensi bisa naik kelas ke BUKU 4 dalam tahun ini adalah PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP). Akhir 2019 lalu, perseroan tercatat punya modal inti Rp 26,81 triliun dengan pertumbuhan 13,66% (yoy). Artinya jika tahun ini dapat menambah modal inti Rp 3,2 triliun saja, perseroan bisa langsung menjadi BUKU 4.

Presiden Direktur Bank OCBC NISP Parwati Surdaudaja bilang, target ini memang sesuai dengan pertumbuhan organik perseroan, tanpa ada penambahan modal, maupun aksi korporasi lainnya.

Baca Juga: Akibat wabah corona, bisnis fintech di sektor produktif mulai terganggu

“Ekuitas kami akhir tahun lalu sudah mencapai Rp 27,7 triliun, selambat-lambatnya pertengahan 2021 kami bisa mencapai modal inti Rp 30 triliun untuk jadi BUKU 4,” katanya kepada KONTAN, Minggu (8/3).

Tahun lalu, perseroan juga tercatat meraih laba yang mumpuni Rp 2,93 triliun dengan pertumbuhan 11,41% (yoy) dibandingkan akhir 2018 senilai Rp 2,63 triliun.

PT Bank BTPN Tbk (BTPN) juga punya kans besar untuk menjadi BUKU 4 tahun ini. Per September 2019, modal inti perseroan telah mencapai Rp 27,29 triliun. Sehingga cuma butuh sekitar Rp 2,7 triliun lagi untuk menjadi BUKU 4.

Direktur Utama Bank BTPN Ongki Wanadjati sebelumnya juga pernah menyinggung hal ini. Meski kekurangan modalnya mini, target tersebut bisa diwujudkan secara organik dalam tiga tahun mendatang.

Baca Juga: Valuasi IHSG terdiskon, investor bisa mencermati saham-saham ini

Meskipun bisa tumbuh secara organik, perlu dicatat, melimpahnya modal perseroan terutama merupakan hasil dari penggabungan usaha dengan Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC).

Modal inti perseroan misalnya tumbuh 68,46% (yoy) dibandingkan akhir September 2018 senilai Rp 16,19 triliun. Aset perseroan per September 2019 senilai Rp 182,24 triliun juga tumbuh tinggi sebesar 78,80% (yoy) dibandingkan akhSeptember 2018 senilai Rp 101,91 triliun. Adapaun laba pada periode serupa senilai Rp 2,23 triliun tumbuh 22,28% (yoy).

“Menuju BUKU 4, tidak ada strategi khusus, yang penting kami mesti fokus ke bisnis utama, kami juga mesti tingkatkan sinergi antara segmen korporat, dan ritel. Di samping itu, kami juga terus mendorong pertumbuhan di segmen digital,” kata Ongki beberapa waktu lalu.

Stretagi organik juga dicanangkan PT Bank Mega Tbk (MEGA) untuk jadi BUKU 4 pada 2025. Target ini memang cukup ambisius mengingat akhir tahun lalu, modal inti bank milik taipan Chairul Tanjung ini masih Rp 14,68 triliun. Artinya masih perseroan masih butuh Rp 15 triliun lebih untuk menjadi BUKU 4.

Baca Juga: Digibank menawarkan investasi SR012 lewat aplikasi

Apalagi Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib bilang, meskipun punya target tersebut, perseroan bakal tetap mengalokasikan 50% dari labanya sebagai dividen. Meski demikian Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib cukup optimis dengan target ini. Kinerja perseroan yang mumpuni tahun lalu jadi alasanya.

Tahun lalu, kinerja Bank Mega memang tercatat tumbuh mumpuni. Laba bersih perseroan tumbuh signifikan dari Rp 1,59 triliun pada 2018 menjadi Rp 2,00 triliun akhir tahun lalu dengan pertumbuhan 25,78% (yoy). Pertumbuhan laba ini utamanya ditopang oleh kinerja intermediasi yang juga mumpuni. Tahun lalu perseroan tercatat berhasil menyalurkan kredit Rp 53,01 triliun dengan pertumbuhan 25,47% (yoy). Perseroan bahkan mengklaim, pertumbuhan kreditnyamenadi yang tertinggi di industri perbankan tahun lalu.

“Saat ini modal inti kami sekitar Rp 15 triliun, akhir 2020 diperkirakan bisa mencapai Rp 16 triliun. Sehingga masih butuh Rp 14 triliun untuk jadi BUKU 4. Dari kalkulasi kami, akumulasi profit selama lima tahun ke depan bisa memenuhi kebutuhan Rp 14 triliun tersebut. Jika masih kurang, CT Corp telah berkomitmen menambah modal,” kata Kostaman saat paparan kinerja, Kamis (5/3) di Jakarta.

Adapula PT Bank Permata Tbk (BNLI) yang diprediksi bakal bisa langsung menjadi BUKU 4 jika rencana akuisisinya oleh Bangkok Bank Pcl berjalan mulus. Dalam rencana akuisisi yang diterbitkan Bank Permata, Bangkok Bank memang punya terget menjadikan Bank Permata menjadi BUKU 4. Aksi ini bakal diwujudkan pascaakuisisi, BAngkok Bank bakal mengintegrasikan kantor cabangnya di Indonesia menjadi bagian dari Bank Permata kelak.

“Kami saat ini memiliki tiga cabang di Indonesia dengan nilai aset Rp 36,07 triliun atau setara 23,26% aset Bank Permata pada September 2019. Setelah transaksi, dan mendapat izin dari OJK kami berencana untuk menggabungkan kantor cabang tersebut di bawah naungan Bank Permata,” tulis rencana Bangkok Bank dalam paparan yang disusun penasihat keuangannya yaitu Discover Management Company Limited akhir Januari lalu.

Baca Juga: Harga sahamnya turun dalam, begini strategi Acset Indonusa (ACST)

Modal inti Bank Permata tahun lalu sebesar Rp 22,15 triliun yang tumbuh 10,72% (yoy). Perseroan masih butuh setidaknya Rp 8 triliun untuk mencapai modal inti Rp 30 triliun. Adapun, Kantor Cabang Bangkok Bank Jakarta per September 2019 lalu tercatat punya modal Rp 22,29 triliun. Dimana modal disetor senilai Rp 3,69 triliun, dan dana usaha sebesar Rp 17,20 triliun. Jika integrasi kantor cabang berjalan mulus, Bank Permata serta merata bakal menjadi BUKU 4.

Bank cilik tak mau kalah

Sementara bank menengah membidik target menjadi bank besar, sejumlah bank cilik di kelas BUKU 2 juga berencana naik kelas ke BUKU 3 dengan modal inti minimum Rp 5 triliun tahun ini. KONTAN setidaknya mencatat ada beberapa bank cilik yang dapat naik ke BUKU 3 tahun ini strategi organik.

PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (SDRA) menargetkan bisa menjadi BUKU 3 pada kuartal III-2020. Akhir tahun lalu, modal inti perseroan tercatat senilai Rp 4,66 triliun, sehingga masih butuh sekitar Rp 350 miliar untuk menjadi BUKU 3.

Baca Juga: Harga Saham Emiten Grup Astra Ini Volatil, Berikut Penjelasan Manajemennya

“Modal inti kami sekitar Rp 4,7 triliun harapannya bisa menjadi BUKU 3 pada kuartal III-2020. Setelah menjadi BUKU 3 kami juga masih akan fokus menyalurkan kredit ke segmen korporasi, dan menghimpun dana murah,” kata Direktur Risiko & Kepatuhan sekaligus Corporate Secretary Bank Woori I Made Mudiastara kepada KONTAN belum lama ini.

Kemudian ada PT Bank BNI Syariah yang menargetkan bisa jadi BUKU 3 pada kuartal II-2020 secara organik ditambah peralihan aset dari induknya yaitu PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) di Aceh. Ini terkait implementasi Qanun 11/2018 tentang Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang mewajibkan seluruh lembaga keuangan di Aceh beroperasi secara syariah.

Adapun hingga akhir tahun lalu, modal inti BNI syariah tercatat senilai Rp 4,56 triliun. Perseroan masih butuh kurang lebih Rp 450 miliar untuk bisa jadi BUKU 3.

Baca Juga: Harga sahamnya turun signifikan, ini yang akan dilakukan Acset Indonusa (ACST)

Selain secara organik adapula bank kecil yang akan menggelar aksi penambahan modal untuk. Menjadi BUKU 3. Mereka adalah PT Bank BRI Agroniaga Tbk (AGRO) yang akan menggelar aksi rights issue tahun ini untuk ditargetkan bisa meghimpun dana Rp 700 miliar.

Sementara, akhir tahun lalu modal inti entitas anak PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) ini punya modal inti senilai Rp 4,43 triliun. Sehingga masih butuh sekitar Rp 570 miliar lebih untuk menjadi BUKU 3.

Adapula PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) yang menargetkan bisa menjadi BUKU 3 pada 2025 dengan penambahan modal rutin dari pengendali perseroan yaitu Apro Financial. Sejak tahun lalu hingga 2025 Apro Financial akan menambah modal Bank Oke Rp 500 miliar per tahun, atau total senilai Rp 3 triliun. Adapun per September lalu, modal inti perseroan tercatat senilai Rp 1,40 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×