Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
Uniknya, seluruh pendanaan pembiayaan tersebut, diperoleh dari nasabah dana pihak ketiga (DPK) perseroan yang jumlahnya hanya sebanyak 25.000 orang. "Kami satu-satunya bank yang fokus layani keluarga pra sejahtera, dengan pendanaan dari keluarga sejahtera," tuturnya.
Saat ini, BTPN Syariah dipersenjatai dengan karyawan yang berjumlah 12.000. Nah, dari jumlah ini 97% merupakan karyawan perempuan.
Lewat strategi pembiayaan tersebut, Ratih meyakini risiko kredit bakal dapat terus ditekan. Terbukti, akhir 2019 lalu posisi non performing financing (NPF) BTPS ada di level 1,3%. Jauh lebih rendah dari rata-rata non performing loan (NPL) perbankan yang mencapai 2,5% akhir 2019 lalu.
Baca Juga: Terhubung dengan data Dukcapil, LinkAja yakin transaksi bakal meningkat
Selain itu, dari sisi rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR), BTPS punya cadangan yang tebal yakni menembus 40%. "Padahal, ketentuan dari regulator minimal hanya 8%, tapi sengaja kami optimalkan. Mengingat risiko," tuturnya.
Sejauh ini, pencapaian kinerja BTPS pun terbilang kinclong dengan perolehan laba bersih menembus Rp 1,24 triliun menurut laporan keuangan akhir November 2019 lalu. Realisasi tersebut mengalami peningkatan sebanyak 37,67% secara year on year (yoy).
Dari sisi harga saham, BTPS kini memiliki harga saham sebesar Rp 4.390 per lembar saham (17/1) naik 0,23%. Nah, harga saham tersebut pun melebihi saham sang induk yakni Bank BTPN sebesar Rp 3.110 per lembar saham.
Menurut Ratih, nilai tersebut terbilang wajar lantaran sebanyak 29,97% saham perusahaan merupakan milik publik, sedangkan BTPN saham publiknya masih di bawah 10%.
Baca Juga: Produk mikro Jiwasraya di LinkAja laris manis
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News