kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sekitar 99% debitur BTPN Syariah adalah perempuan, ini alasannya


Jumat, 17 Januari 2020 / 22:30 WIB
Sekitar 99% debitur BTPN Syariah adalah perempuan, ini alasannya


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk (BTPS) menyebut pihaknya masih akan terus mendorong segmen keluarga prasejahtera sebagai poros utama pertumbuhan bisnis perusahaan.

Direktur Utama BPTS Ratih Rachmawaty menjelaskan, berdasarkan segmennya, pembiayaan perusahaan masuk ke dalam kategori ultra mikro dengan pinjaman mulai dari Rp 1,5 juta hingga Rp 50 juta.

Baca Juga: Tersandung kasus Jiwasraya, begini nasib utang jangka pendek MYRX ke perbankan

Segmen tersebut menurutnya telah dijajaki perusahaan sejak tahun 2009, kala itu BTPS masih berbentuk unit usaha syariah (UUS) yang tergabung dalam induk yakni PT Bank BTPN Tbk.

"Kami spin off di tahun 2014 dan sampai sekarang masih fokus menyalurkan pembiayaan ke segmen keluarga prasejahtera," terangnya saat ditemui di Menara Kompas, Jumat (17/1).

Dalam sepuluh tahun terakhir, menurut Ratih pihaknya telah memiliki 5,2 juta debitur yang tersebar dari Aceh hingga Nusa Tenggara Timur (NTT) atau di 22 provinsi Indonesia. Dari angka tersebut, jumlah debitur yang masih aktif tercatat sebanyak 3,5 juta.

Kendati punya segmen pembiayaan yang memiliki risiko tinggi, BTPS tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menekan risiko sekaligus efisien, BTPS mengguna skema penyaluran kredit secara kelompok. Menurut penuturan Ratih, dari 5,2 juta debitur tersebut 99% merupakan perempuan.

Baca Juga: Kejar target, Bank Mandiri perkuat KUR di destinasi wisata prioritas

Bukan tanpa alasan, perseroan fokus menyalurkan pembiayaan ke debitur perempuan. Menurut analisa perusahaan, debitur perempuan khususnya ibu rumah tangga punya tanggung jawab dan kemampuan mengelola keuangan yang lebih prima.

Nah, cara pemberian kredit pun dilakukan berdasarkan tim yang terdiri dari 5-6 orang. Seluruh tim dipimpin oleh satu karyawan perusahaan yang disebut Community Officer yang bertugas untuk mengarahkan dan mengakomodasi kebutuhan para debitur.

Uniknya, seluruh pendanaan pembiayaan tersebut, diperoleh dari nasabah dana pihak ketiga (DPK) perseroan yang jumlahnya hanya sebanyak 25.000 orang. "Kami satu-satunya bank yang fokus layani keluarga pra sejahtera, dengan pendanaan dari keluarga sejahtera," tuturnya.

Saat ini, BTPN Syariah dipersenjatai dengan karyawan yang berjumlah 12.000. Nah, dari jumlah ini 97% merupakan karyawan perempuan.

Lewat strategi pembiayaan tersebut, Ratih meyakini risiko kredit bakal dapat terus ditekan. Terbukti, akhir 2019 lalu posisi non performing financing (NPF) BTPS ada di level 1,3%. Jauh lebih rendah dari rata-rata non performing loan (NPL) perbankan yang mencapai 2,5% akhir 2019 lalu.

Baca Juga: Terhubung dengan data Dukcapil, LinkAja yakin transaksi bakal meningkat

Selain itu, dari sisi rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR), BTPS punya cadangan yang tebal yakni menembus 40%. "Padahal, ketentuan dari regulator minimal hanya 8%, tapi sengaja kami optimalkan. Mengingat risiko," tuturnya.

Sejauh ini, pencapaian kinerja BTPS pun terbilang kinclong dengan perolehan laba bersih menembus Rp 1,24 triliun menurut laporan keuangan akhir November 2019 lalu. Realisasi tersebut mengalami peningkatan sebanyak 37,67% secara year on year (yoy).

Dari sisi harga saham, BTPS kini memiliki harga saham sebesar Rp 4.390 per lembar saham (17/1) naik 0,23%. Nah, harga saham tersebut pun melebihi saham sang induk yakni Bank BTPN sebesar Rp 3.110 per lembar saham.

Menurut Ratih, nilai tersebut terbilang wajar lantaran sebanyak 29,97% saham perusahaan merupakan milik publik, sedangkan BTPN saham publiknya masih di bawah 10%.

Baca Juga: Produk mikro Jiwasraya di LinkAja laris manis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×