kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.220   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Sektor kredit yang dipandang bakal terkena dampak virus corona versi bankir


Minggu, 16 Februari 2020 / 23:54 WIB
Sektor kredit yang dipandang bakal terkena dampak virus corona versi bankir
ILUSTRASI. Nasabah bertransaksi di Bank BNI, Jakarta, Senin (27/1). Bank Indonesia memproyeksi kredit perbankan akan tumbuh di angka 10% hingga 12% pada tahun 2020. Proyeksi tersebut meningkat dari realisasi pertumbuhan kredit perbankan 2019 yang mencapai 6,08%. KON


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Situasi ekonomi global yang tengah diguncang saat ini membuat perbankan harus lebih ekstra menggawangi rasio non performing loan (NPL). Tentunya, tiap bank memiliki mitigasi tersendiri untuk tetap dapat menurunkan NPL guna mencapai perolehan kinerja yang lebih positif di tahun 2020.

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) misalnya yang menargetkan posisi rasio NPL gross akan dijaga di kisaran 2%. Sementara NPL net dipastikan akan di bawah 1%. Jauh lebih optimistis dibandingkan perolehan NPL gross BNI sebesar 2,3% di 2019.

Namun, Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta mengatakan seluruh target itu telah memperhitungkan dinamika ekonomi internal dan eksternal, termasuk kemungkinan efek negatif dari penyebaran virus corona (Covid-19).

Baca Juga: Gara-gara virus corona, Hotel Radhana Kuta targetkan pertumbuhan maksimal 7%

"Kami sudah melakukan pengkajian kemungkinan efek negatif dari coronavirus outbreak sejak awal Februari 2019 lalu," katanya kepada Kontan.co.id, Minggu (16/2).

Menurut Herry, potensi efek negatifnya bakal menimpa sektor manufaktur. Sebab, mayoritas bahan baku, bahan setengah jadi dan barang jadi di Indonesia memang impor dari China.

Nah, perlambatan di sektor manufaktur ini menurut analisa BNI juga bakal berlanjut ke sub-sektor farmasi atau kesehatan, kecantikan, hingga besi dan baja.

Selain itu sektor pariwisata dan turunnya seperti penerbangan, perhotelan, perdagangan, restoran dan hiburan juga akan terkena dampak. Tidak berhenti pada sektor itu, kajian internal BNI juga meramal bakal adanya perlambatan ekonomi dari sektor komoditas perkebunan terutama minyak sawit, pertambangan seperti batubara, nikel, bauksit dan tembaga.

Baca Juga: Industri reksadana tersengat kasus EMCO yang gagal bayar, ini yang dilakukan OJK

Sektor ekspor dan impor dari dan ke China serta dari negara-negara lain yang terkoneksi dengan China seperti transportasi hingga keuangan tampaknya juga bakal merasakan dampak negatif. Secara, China memang diakui sebagai global manufacture supply chain. "Kami sudah menyiapkan beberapa strategi untuk menghadapi situasi terburuk sekalipun," tegasnya.

Bank berlogo 46 ini mengatakan, secara garis besar pihaknya akan tetap ekspansif dengan lebih pruden terutama ke sektor-sektor tersebut. Sambil menjalankan strategi ini, BNI juga akan menjaga kualitas aset agar loan at risk (LaR) bisa tetap terjaga pada level single digit dengan tren menurun.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×