Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2019 menjadi periode menantang bagi industri multifinance. Melesunya penjualan kendaraan roda empat telah mempengaruhi bisnis pembiayaan multifinance di paruh pertama. Meski demikian sejumlah emiten multifinance masih kantongi laba bersih ketika industri tertekan.
Dari total 15 emiten yang tercatat di bursa efek, sembilan pemain multifinance catatkan pertumbuhan laba. Ambil contoh PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) sampai semester I 2019 bukukan laba bersih Rp 948,94 miliar atau naik 8,61% secara year on year (yoy).
Baca Juga: Musim haji, DPK bank syariah justru melaju kencang
Salah satunya berkat pertumbuhan pembiayaan roda dua. Presiden Direktur Adira Finance Hafid Hadeli membenarkannya bahwa pembiayaan baru di segmen sepeda motor naik sekitar 9%. Sementara segmen mobil stagnan karena masyarakat menunda belanja akibat efek pemilihan presiden dan penurunan harga komoditas.
“Tapi pembiayaan semester I 2019 tumbuh karena didorong oleh pembiayaan roda dua dan mobil bekas,” kata Hafid pekan lalu.
Dengan selesainya masa pemilu, Adira Finance yakin kinerja perusahaan akan membaik di semester II 2019. Apalagi anak usaha Bank Danamon ini berhasil menaikkan pembiayaan baru hingga 4% menjadi Rp 19,1 triliun di semester I 2018.
Baca Juga: Jadi anggota sistem asset registry, ini harapan Buana Finance
Selain Adira Finance, PT Buana Finance Tbk juga mencatatkan pertumbuhan laba. Sampai pertengahan tahun perseroan kantongi laba sebesar Rp 33,42 miliar. Jumlah tersebut meningkat 2,69% dari Juni tahun lalu yaitu Rp 32,55 miliar.
Dari capaian itu, Buana Finance telah merealisasi pembiayaan per Juni 2019 sebesar Rp 1,4 triliun atau 45,16% target tahun ini Rp 3,1 triliun.
Corporate Secretary PT Buana Finance Ted Suyani menjelaskan portofolio pembiayaan masih didominasi mobil bekas yaitu 76,6% atau senilai Rp 785,5 miliar dari total pembiayaan. Sementara sisanya berasal dari pembiayaan mobil baru 23,4% setara Rp 239,5 miliar.
Sepanjang tahun ini Buana Finance akan fokus memberikan pembiayaan multiguna untuk kebutuhan di pembiayaan kendaraan bermotor roda empat baik untuk memenuhi kebutuhan investasi maupun konsumtif. Beberapa strategi dipersiapkan mulai dari peningkatan kerja sama dengan dealer serta showroom mobil bekas.
Baca Juga: OJK dukung langkah inisiasi APPI hadirkan sistem asset registry
Sayangnya PT BFI Finance Indonesia Tbk mengalami penurunan laba 1,80% menjadi Rp 690,17 miliar. Finance Director & Corporate Secretary BFI Finance Sudjono bilang berbagai faktor mempengaruhi kinerja laba.
Seperti perlambatan investasi, melesunya harga komoditas serta gelaran pilpres yang mengakibatkan para pelaku usaha mengambil sikap wait and see.
Kendati demikian, Sudjono menyatakan piutang pembiayaan neto tercatat sebesar Rp16,4 triliun. Adapun total aset senilai Rp 18,3 triliun di semester pertama 2019.
Dari piutang pembiayaan tersebut, komposisi pembiayaan BFI Finance masih didominasi oleh pembiayaan mobil sebesar 73%, kontribusi alat berat dan mesin sebesar 15%. Sedangkan pembiayaan motor sebesar 10%, sisanya berasal dari kontribusi pembiayaan properti dan syariah.
Baca Juga: APPI berharap sistem asset registry rampung bulan September 2019
Pada 2019 BFI Finance fokus pada peningkatan kualitas pelayanan dan produk pembiayaan yang menyeluruh. Upaya yang dilakukan dengan memperkuat eksistensi beragam produk barunya yaitu Unit Usaha Syariah (UUS), BFI Education dan BFI Leisure.
Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (AAPI) berharap pameran GIIAS 2019 menjadi momentum perbaikan penjualan mobil baru di semester II 2019. Ketua APPI Suwandi Wiratno menilai semua produsen mobil punya peluang untuk meningkatkan penjualan melalui acara tersebut.
“Produsen mobil melakukan promo kepada para nasabah sehingga daya beli masyarakat meningkat dibarengi kenaikan pembiayaan kendaraan multifinance yang kini mendominasi total pembiayaan industri,” pungkasnya.
Baca Juga: Bima Finance bantah memiliki bisnis fintech P2P lending
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News