Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Turunnya kinerja PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) pada tahun lalu, ikut menekan kinerja PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk secara konsolidasi. Bank Raya mencatatkan kerugian tahun berjalan 2021 sebesar Rp 3,04 triliun. Sedangkan pada tahun sebelumnya masih meraup laba bersih Rp 31,26 miliar.
Kerugian tersebut sejalan dengan bersih-bersih aset buruk yang dilakukan dalam rangka transformasi digital yang akan dilakukan. Rugi yang dialami Bank Raya membuat laba konsolidasi BRI lebih rendah dari laba bank only tahun 2021.
Secara bank only laba BRI tumbuh 76% secara year on year (YoY) menjadi Rp 32,2 triliun. Sedangkan laba bersih konsolidasi tumbuh 65% YoY hanya menjadi Rp 30,7 triliun.
Direktur Utama Bank Raya Kaspar Situmorang menyatakan kerugian ini terjadi lantaran perseroan melakukan pencukupan pencadangan senilai Rp 3,89 triliun. Hasilnya, Bank Raya melakukan hapus buku kredit bermasalah sebesar Rp 3,08 triliun.
Baca Juga: Transaksi QRIS Bank Mandiri, CIMB Niaga, BRI dan BCA Meningkat Pesat
“Pengelolaan tersebut harus dilakukan agar tidak menghambat laju transformasi menjadi bank digital. Sehingga pada tahun lalu non performing loan (NPL) gross turun dari 4,97% di 2020 menjadi 3,98% pada 2021. Sedangkan NPL Net menjadi 0,04% di 2021 turun dari 2020 2,73%,” ujarnya secara virtual pada Kamis (31/3).
Agar bisa membalikkan kondisi, Bank Raya telah menyiapkan langkah strategi menuju profit. Kaspar menyatakan terdapat dua strategi pertama mengoptimalkan ekosistem yang sudah ada.
“Kita membagi melalui ekosistem BRI sebesar 70% dari seluruh kegiatan kita tahun ini, dan 30% lagi menggunakan ekosistem non BRI. Kedua, tahun ini bank raya lakukan berbagai langkah strategis dalam memperbaiki kinerja perseroan,” paparnya.
Oleh sebab itu, Bank Raya telah melakukan upaya menekan biaya, mengoptimalkan cross selling, optimalisasi layanan digital. Tujuannya, agar operasional bisa lebih efisien dalam jangka panjang, kami berharap ini bisa mengakselerasi kinerja persero yang berkontribusi kepada profitabilitas.
Baca Juga: Bjb Syariah dan Bank Sumut Siap Melantai di Bursa Efek di Tahun Ini
“Kita juga melakukan pengelolaan beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO). Sehingga, tahun ini kita sudah pasti net profit. Pada Januari dan Februari, dan Maret kita sudah bukukan profit,” tegasnya.
Seiring dengan itu, telah mendapat mandat dari induk perusahaan agar bisa fokus memperbesar dana murah atau current account and saving account (CASA). Upaya menghimpun dana murah sebanyak, secepat, dan seluas mungkin telah dimasukkan ke dalam rencana bisnis bank.
Memang pada tahun lalu, bank bersandi saham AGRO ini mencatatkan penurunan aset sebesar 39,80% yoy dari Rp 28,02 triliun menjadi Rp 16,87 triliun di 2021. Ini terjadi karena penurunan penyaluran kredit dalam transformasi dan perubahan bisnis menjadi bank digital secara penuh.
Kredit turun 40,45% yoy dari Rp 19,49 triliun menjadi Rp 11,61 triliun di 2021. Himpunan dana pihak ketiga (DPK) juga ikut turun dari penurunan suku bunga dan perubahan fokus bisnis.
Sehingga DPK turun 41,31% yoy dari Rp 23 Triliun menjadi Rp 13,50 triliun. Sedangkan ekuitas tercatat Rp 2,46 triliun dengan capital adequacy ratio (CAR) di level 20,24% pada tahun lalu.
“Sedangkan modal inti tercatat sebesar Rp 2,08 triliun di 31 Desember 2021. Bank akan memenuhi ketentuan POJK 12 tahun 2020 tentang Konsolidasi Bank UMUM untuk mencapai modal inti minimum Rp 3 triliun. Sehingga, kita tahun ini akan menambah modal agar memenuhi ketentuan tersebut,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News