Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penurunan suku bunga terus berlanjut seiring dengan kebijakan Bank Indonesia (BI) memangkas bunga acuannya. Sejumlah bank sudah mulai menurunkan suku bunga dasar kredit (SBDK). Ini tentu bisa membuat margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) makin menipis.
Sementara tahun 2020, NIM perbankan juga sudah tergerus cukup besar akibat tekanan yang dihadapi di tengah pandemi Covid-19 dan meningkatnya beban yang harus ditanggung. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, NIM bank umum konvensional per Desember 2020 ada di level 4,45%, turun dari 4,91% pada Desember 2019.
Untuk menjaga NIM tidak tertekan terlalu dalam, sejumlah bank telah siapkan strategi. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) misalnya akan menargetkan NIM tahun ini sekitar 4,6% - 4,8%. Adapun di tahun 2020, NIM bank ini hanya mencapai 4,65% atau turun dari 5,56% pada tahun sebelumnya.
Sigit Prastowo, Direktur Keuangan Bank Mandiri mengatakan, perusahaan sudah punya strategi untuk bisa menjaga target NIM tersebut.
"Bank Mandiri akan mendorong efisiensi dengan menekan biaya dana atau cost of fund (CoF) melalui meningkatkan dana murah," kata dia dalam konferensi pers virtual, Senin (15/3).
Baca Juga: Bank Mandiri (BMRI) harap permintaan kredit meningkat pasca turunkan bunga kredit
Upaya penurunan suku bunga deposito yang dilakukan bank ini pada kuartal III dan IV tahun lalu berhasil menurunkan biaya dana dari 2,9% pada 2019 menjadi 2,5%.Upaya penurunan CoF akan terus dilakukan dan di 2021 CoF diproyeksikan akan terus turun mendekati 2%.
Bank Mandiri mulai menurunkan SBDK untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Sigit Prastowo mengungkapkan, dengan penurunan bunga ini perbankan pelat merah itu yakin dan berekspektasi kredit baru akan mulai naik. Hal tersebut akan mendorong gairah debitur untuk mendapatkan kredit yang lebih murah.
Sebelumnya per 28 Februari 2021, SBDK Bank Mandiri turun untuk untuk segmen korporasi menjadi 8%, segmen ritel menjadi 8,25% dan segmen mikro menjadi 11,25%. Sedangkan SBDK segmen konsumer untuk KPR turun menjadi 7,25% dan konsumer non KPR menjadi 8,75%.
SBDK akan menjadi acuan suku bunga kredit kepada debitur. Suku bunga yang dikenakan kepada debitur akan memperhitungkan estimasi premi risiko yang dapat berbeda-beda berdasarkan tingkat risiko kredit masing-masing debitur. Pada tahun 2020, Bank Mandiri telah menurunkan SBDK sebanyak 7 kali baik untuk segmen korporasi, ritel, mikro maupun konsumsi dengan total penurunan sebesar 10 hingga 600 basis poin.
Sedangkan BRI memproyeksikan margin bunga bersih bakal meningkat tahun ini. Bank ini menargetkan NIM bisa terjaga di kisaran 6,3%. Tahun lalu, NIM BBRI tergerus menjadi 5,86% dari 6,73% tahun sebelumnya.
Baca Juga: Kredit BNI dan BRI tumbuh positif di dua bulan pertama 2021, ini pendorongnya
Sunarso, Direktur Utama BRI optimis ekonomi tahun ini akan membaik. Perusahaan pelat merah ini juga menargetkan pertumbuhan kredit bisa berada pada kisaran 6%-7% tahun ini dengan fokus pada segmen segmen mikro dan kecil. Ini tentu akan mendorong pertumbuhan pendapatan bunga perseroan.
Ia bilang, target itu ditetapkan dengan melihat adanya potensi pertumbuhan yang telah disinyalkan sejak kuartal terakhir tahun lalu. Perseroan juga akan menjaga likuiditas yakni level loan to deposit ratio (LDR) sebesar 85%. Sedangkan untuk rasio kredit bermasalah atawa non performing loan (NPL) akan dijaga di level 3%.
Sementara menurut Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja sebelumnya, sulit memprediksi tren NIM. Ia menjelaskan, margin bunga bersih terjadi karena kombinasi antara volume kredit dan suku bunga per jenis-jenis kredit.
"Bunga kredit tidak satu angka. Tren bunga kredit bisa saja ada yang tetap atau menurun. Bunga kredit yang selesai restrukturisasi bisa saja naik. Jadi susah memprediksi NIM ini," ujar. Meski sulit diprediksi, BCA melihat kemungkinan NIM akan sama atau bisa lebih rendah dari tahun 2020.
PT Bank Woori Saudara Tbk (BWS) juga memperkirakan NIM tahun ini kemungkinan masih akan tertekan tergantung kondisi likuiditas di pasar yang akan mempengaruhi DPK perbankan.
Sementara untuk menjaga laba tahun ini, Sadhana Priatmadja, Direktur BWS mengatakan, perusahaan akan fokus meningkatkan pendapatan non bunga dan mendorong peningkatan dana murah.
Selanjutnya: RUPST Bank Mandiri: Kepala BPKP jadi Komisaris, Timothy Utama masuk direksi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News