kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Simpanan valas di perbankan tumbuh melambat


Selasa, 13 Januari 2015 / 09:49 WIB
Simpanan valas di perbankan tumbuh melambat
ILUSTRASI. Pajak.


Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) valuta asing (valas) melambat. Berdasarkan data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), hingga November 2014, DPK valas yang dihimpun bank umum berjumlah Rp 652,02 triliun.

Pada November 2013 angka DPK valas tercatat Rp 611,57 triliun, artinya hingga November 2014 hanya terjadi pertumbuhan 6,61%. Pertumbuhan ini melorot tajam dari perolehan November 2013 lalu yang melesat hingga 28,22%.

Budi Satria, Sekretaris Perusahaan Bank Rakyat Indonesia (BRI) mengatakan, kondisi tersebut terjadi akibat perlambatan pertumbuhan bisnis di industri perbankan. Di BRI sendiri, per November 2014, DPK valas tercatat Rp 77,3 triliun atau tumbuh 15,53%.

Namun, pada Desember 2014, DPK valas di BRI naik hingga 20%–24% dari tahun 2013. “Hal itu terjadi seiring kondisi likuiditas perbankan di akhir tahun 2014 yang mulai pulih,” ujar Budi kepada KONTAN, Senin (12/1).

Tahun ini BRI menargetkan DPK valas tumbuh 15%–20%. Beberapa potensi sumber perolehan valas coba dioptimalkan dari perusahaan negara (BUMN), institusi swasta, dan investor asing. “Termasuk dana-dana terkait pengembangan proyek infrastruktur dan pengelolaan devisa ekspor,” jelas Budi.

Senada, Rohan Hafas, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri bilang, DPK valas di Bank Mandiri mengalami perlambatan pertumbuhan dan hanya tumbuh sebesar 2% hingga 2,5% per November 2014.

Kebutuhan valas dari nasabah korporasi untuk pembayaran utang, juga menjadi salah satu sebab turunnya DPK valas korporasi Bank Mandiri, terutama yang tersimpan dalam giro. Sebab lain adalah faktor pemilu, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, dan tarif dasar listrik (TDL).

Tahun ini, Bank Mandiri optimistis DPK valas tumbuh 17%–19%. Agar target bisa tercapai, Bank Mandiri bakal fokus menggarap  solusi bisnis menyeluruh kepada segmen wholesale (perdagangan umum). Bank ini juga akan terus mencermati sektor bisnis potensial, sekaligus memperluas ekspansi bisnis di kawasan regional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×