Reporter: Mona Tobing, Dityasa Hanin F. | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Lembaga pembiayaan perumahan, Pusat Pembiayaan Perumahan (PPP) dan PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) mengaku kewalahan mengatasi persaingan bunga dengan perbankan.
Seiring dengan bunga patokan yang melandai, bank gencar mempromosikan bunga kredit pemilikan rumah (KPR) yang ringan, yakni berkisar 7,5% per tahun. Sementara, SMF dan PPP tak bisa lagi menurunkan suku bunga kreditnya.
SMF dan PPP mengaku sudah berupaya menurunkan suku bunga KPR. Setahun lalu misalnya, bunga KPR SMF mencapai angka 9%. "Namun sekarang ini sudah turun menjadi 7,85%," kata Sutomo, Direktur Utama SMF kemarin.
Adapun di PPP, suku bunga KPR juga sempat turun dari 8,5% menjadi 7,25%. Namun, penyaluran pembiayaan tidak berjalan secara maksimal. Jumlah pembiayaan perumahan PPP sampai semester tahun ini hanya untuk 2.000 rumah. Padahal, pembiayaan tahun lalu mencapai 8.000 rumah. Selain bunga yang enggan turun, turunnya pembiayaan juga akibat kurangnya pasokan rumah sederhana. "Pengembang kurang tertarik membangun rumah sederhana," ujar Saraswati, Kepala PPP.
Di SMF, total pembiayaan KPR telah mencapai masih sebesar Rp 1,15 triliun, tumbuh hampir 50% dibanding periode sama tahun lalu. Meski tumbuh besar, manajemen berharap kinerja pada semester II ini bisa lebih mengkilap lagi. Strateginya, SMF berencana mengikuti kebijakan bunga murah di perbankan. Namun, cukup sulit menempuh cara ini dan membutuhkan waktu lama.
"Kami harus mencari pendanaan dengan struktur biaya murah," kata Sutomo. Ini bisa berlangsung dengan menerbitkan surat utang. Targetnya, penerbitan obligasi baru akan berlangsung pada triwulan III ini senilai Rp 1,3 triliun. Bila bunga obligasi bisa lebih murah, SMF baru menurunkan bunga KPR.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News