Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. PT Sarana Multigraha Finansial (Persero) memperkirakan, pertumbuhan kebutuhan atas ketersediaan rumah mencapai 800.000 unit per tahun. Saat ini, kebutuhannya telah mencapai 15 juta unit.
Harap maklum, berdasarkan data Bank Indonesia (BI), sebanyak 62% dari total penduduk Indonesia belum memiliki akses ke perbankan. “Padahal, selama ini, penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) masih didominasi oleh perbankan. Masih sangat sedikit yang dilakukan oleh lembaga keuangan non bank,” ujar Raharjo Adisusanto, Direktur Utama SMF, ditemui KONTAN, Rabu (12/2).
SMF melansir, rasio KPR terhadap produk domestik bruto (PDB) masih sangat mini, yakni 3,4%. Jika dibandingkan dengan negara lain, jumlahnya kalah jauh. Sebut saja, Thailand yang mencapai 19,3%, Malaysia 33,8% dan Singapura yang tembus 53%.
Menurut Raharjo, meski kebutuhan perumahan datang dari banyak kalangan, umumnya masyarakat kelas menengah ke atas saja yang mendapatkan akses pembiayaan perumahan lewat perbankan. Nah, sisanya, masyarakat kelas menengah ke bawah harus mencari lembaga keuangan lainnya. Karenanya, SMF mengajak lembaga keuangan non bank ikut menggeluti bisnis pembiayaan perumahan.
em>Toh, multifinance memiliki jaringan yang tidak kalah luas, dengan basis data konsumen mencapai 20 juta. Peluangnya pun besar, mengingat penyaluran pembiayaan industri multifinance mampu tercatat sebesar Rp 348 triliun per 2013. “Kebutuhan untuk secondary mortgage juga tinggi dan pembiayaan perumahan memiliki collateral yang lebih aman,” terang dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News