kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Stabilkan rupiah, BI optimalkan pasar SUN


Selasa, 20 Agustus 2013 / 10:45 WIB
Stabilkan rupiah, BI optimalkan pasar SUN
ILUSTRASI. Kaligrafi merupakan salah satu elemen yang kerap ditemukan di rumah bergaya Islami.


Sumber: Kompas.com |

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) berjanji mengatasi kondisi nilai tukar rupiah yang terus melorot. Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, ada dua hal yang menjadi komitmen bank sentral dalam menstabilkan kondisi rupiah khususnya terhadap dollar AS ini.

Pertama, terus melakukan koordinasi terkait langkah-langkah stabilitas kondisi makro ekonomi. Sementara langkah kedua, bank sentral akan terus menjaga stabilitas rupiah dengan mengintervensi sesuai dengan kondisi fundamentalnya.

"Kami juga akan membeli Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar sekunder dan sekaligus mendukung stabilisasi di pasar SBN," kata Perry saat ditemui di kantor Kementerian Keuangan Jakarta, Senin (19/8/2013) malam.

Perry menambahkan, upaya tersebut sudah menjadi kegiatan rutin bagi bank sentral untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Imbasnya, memang cadangan devisa Indonesia terus merosot. Hingga akhir Juli lalu, cadangan devisa Indonesia tersisa US$92,671 miliar.

Di sisi lain, bank sentral akan fokus menjaga penurunan defisit neraca pembayaran. Sebab hingga akhir kuartal II-2013, posisi defisit neraca pembayaran Indonesia mencapai 4,4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Bank sentral menargetkan bisa menurunkan defisit neraca pembayaran menjadi hanya 2,7 persen hingga akhir kuartal III-2013. Upaya tersebut bisa terjadi karena sebagian besar neraca pembayaran defisit karena impor minyak masih tinggi.

"Impor migas kita masih tinggi. Nanti di kuartal III akan menurun karena dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi mulai ada. Demikian juga impor migas akan menurun. Saya kira ini akan mendorong perkembangan nilai tukar dan IHSG akan lebih baik ke depan," tambahnya. (Didik Purwanto)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×