Reporter: Ferrika Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kehadiran holding asuransi diharapkan bisa menyehatkan keuangan Asuransi Jiwasraya. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memperkirakan holding ini bisa menghimpun dana segar sebesar Rp 2 triliun per tahun.
“Dari holding diharapkan akan ada [dana] Rp 2 triliun per tahun. Berarti selama empat tahun bisa mencapai Rp 8 triliun,” kata Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga kepada Kontan.co.id, Jumat (27/12).
Baca Juga: Selamatkan Jiwasraya, Pemerintah Mempercepat Holding Asuransi
Arya menyebut Holding Asuransi paling lambat dibentuk pada Agustus 2020. Nantinya seluruh perusahaan asuransi pelat merah terlibat menjadi bagian dalam holding.
Namun Arya belum bisa memastikan siapa yang ditunjuk menjadi induk holding asuransi, meski beberapa waktu lalu Kementerian BUMN masih mengkaji Taspen masuk dalam bagian holding.
Dari dokumen Rapat Dengar Pendapat DPR dan Manajemen Jiwasraya Kamis (7/11) terkuak bagaimana strategi Jiwasraya mendapatkan sumber dana baru melalui holding asuransi.
Dalam dokumen ini tertulis beberapa alternatif holding asuransi mendapatkan sumber pendanaan baru. Tapi, melalui skema ini hanya menghasilkan dana sebesar Rp 7 triliun.
Di hadapan anggota dewan, Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko menjelaskan holding tersebut akan mengeluarkan surat utang yang akan diikuti atau subscribed oleh perusahaan BUMN lain. Dari situ, sumber dana holding untuk membayar kembali utang tersebut melalui dividen yang diperoleh dari anggota holding.
“Dengan struktur holding yang ada, Jiwasraya dapat dibantu oleh holding asuransi menggunakan skema obligasi wajib konversi (MCB/subdebt),” terang Hexana.
Menurut Hexana, penerbitan surat utang melalui skema MCB/subdebt perlu dilakukan secepatnya setelah holding asuransi terbentuk yang diperkirakan pada kuartal I 2020. Alasannya, untuk menyelesaikan masalah likuiditas di dalam Jiwasraya.
Dalam dokumen tersebut, Bahana ditunjuk menjadi ketua holding yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi serta kinerja perusahaan asuransi pelat merah sehingga bisa menghasilkan dividen lebih besar.
Baca Juga: Begini respons Kementerian BUMN dan Taspen terkait isu skema penyelematan Jiwasraya
Meski demikian, Bahana masih membutuhkan izin dari Kementerian Keuangan dan Kementerian BUMN agar tidak perlu lagi membagikan dividen dalam jangka waktu tiga tahun dan fokus membenahi keuangan holding.
Anggota holding lain yang terlibat seperti Jasa Raharja, Jasindo, Askrindo, Jamkrindo dan Jiwasraya. Tapi membuka peluang asuransi pelat merah lain masuk struktur holding seperti Indonesia Re dan Taspen Life. Itu semua kembali lagi dari kajian yang tengah disusun oleh Kementerian BUMN.
“Dengan holding asuransi yang sehat, Bahana akan memiliki kapasitas untuk melakukan raising fund yang lebih besar. Holding asuransi diharapkan dapat berperan menyehatkan Jiwasraya,” pungkas Hexana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News