Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga acuan sebanyak tiga kali sepanjang 2025, dengan total penurunan mencapai 75 basis poin. Kebijakan ini membuka ruang bagi era suku bunga rendah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Namun, transmisi ke suku bunga kredit perbankan terbukti masih berjalan lambat. Penurunan suku bunga kredit, baik untuk konsumsi, investasi, maupun usaha kecil, belum sejalan dengan agresivitas pelonggaran moneter BI.
Sejak awal 2025 hingga September, BI telah menurunkan BI Rate dari 6,00% menjadi 4,75%. Tujuan utamanya adalah mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan global yang mulai mereda serta mengantisipasi perlambatan konsumsi domestik.
Meski demikian, respons perbankan masih terbatas.
Baca Juga: BI Tahan Suku Bunga di 4,75%, Saham Big Banks Kompak Memerah
Data terbaru BI menunjukkan, suku bunga kredit rata-rata perbankan hanya turun tipis dari 9,20% pada Januari 2025 menjadi 9,12% pada Agustus 2025, hanya turun 7 basis poin.
Sementara suku bunga dana pihak ketiga (DPK), seperti deposito 1 bulan, tercatat turun dari 4,81% menjadi 4,65% di periode yang sama. Ini menunjukkan bahwa transmisi kebijakan moneter ke sektor perbankan belum berjalan optimal.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyampaikan, hingga September 2025 penurunan suku bunga perbankan belum sejalan dengan turunnya suku bunga acuan BI Rate sebesar 150 basis poin (bps) sejak awal tahun.
“Dibandingkan dengan penurunan BI Rate sebesar 150 bps, suku bunga deposito satu bulan hanya turun 29 bps dari 4,81% pada awal 2025 menjadi 4,52% pada September 2025,” kata Perry saat konferensi pers RDG BI Rabu (22/10/2025).
Baca Juga: OJK Tegaskan Penyesuaian Suku Bunga Bukan di Tangan Regulator
BI mencatat, lambatnya penurunan suku bunga deposito antara lain dipengaruhi oleh pemberian special rate kepada deposan besar, yang porsinya mencapai 26% dari total dana pihak ketiga (DPK).
Sementara itu, suku bunga kredit perbankan bahkan turun lebih kecil lagi, hanya 15 bps, dari 9,20% pada awal 2025 menjadi 9,05% pada September 2025.
Kondisi ini menunjukkan masih terbatasnya transmisi kebijakan moneter terhadap suku bunga kredit, yang berpotensi menahan laju pertumbuhan kredit di sektor riil.
Head of Research Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai, perubahan suku bunga acuan tidak serta-merta diikuti oleh penyesuaian suku bunga perbankan.
Baca Juga: BI Desak Perbankan untuk Mempercepat Penurunan Suku Bunga
Proses ini membutuhkan waktu karena bergantung pada struktur biaya dana (cost of fund) masing-masing bank. Terutama dalam kondisi penurunan suku bunga acuan, bank cenderung lebih lambat melakukan penyesuaian karena sejumlah pertimbangan strategis.
"Penyesuaian bunga bank, terutama saat bunga acuan turun, tidak bisa instan karena berkaitan erat dengan biaya dana. Bank harus menjaga keseimbangan antara efisiensi operasional dan likuiditas," ujar Trioksa.
Menurutnya, bank-bank yang paling cepat merespons perubahan biasanya adalah yang paling efisien dalam mengelola dana dan memiliki struktur biaya dana yang terkendali.
Efisiensi tersebut memungkinkan bank untuk lebih fleksibel dalam menyesuaikan suku bunga pinjaman maupun simpanan.
"Namun, dalam praktiknya, banyak bank memilih untuk berhati-hati. Penurunan suku bunga deposito, misalnya, dilakukan secara bertahap agar tidak kehilangan nasabah penyimpan dana. Hal ini menjadi salah satu faktor utama keterlambatan respons bank terhadap penurunan suku bunga acuan," jelas Trioksa.
Baca Juga: Alasan Bank Mandiri (BMRI) Pertahankan Suku Bunga Deposito Meski BI Rate Turun
Trioksa menyebut, masih ada ruang bagi perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit, selama biaya dana tetap terjaga dan likuiditas memadai.
Namun, biaya dana yang tinggi dan kebutuhan untuk mempertahankan likuiditas menjadi tantangan utama dalam proses penyesuaian tersebut.
"Dengan kondisi tersebut, efisiensi operasional dan strategi pengelolaan dana yang solid menjadi kunci agar bank dapat lebih adaptif dalam merespons dinamika suku bunga acuan," imbuhnya.
Sejumlah perbankan terlihat mulai melakukan penyesuaian suku bunga kredit dan simpanan seiring dengan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) dalam beberapa bulan terakhir.
Meski demikian, transmisi penurunan suku bunga ke sektor perbankan masih berlangsung secara bertahap, tergantung pada kondisi likuiditas dan struktur biaya dana masing-masing bank.
Direktur Finance & Strategy PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Nofry Rony menyebut, sudah menurunkan suku bunga kredit, terutama pada segmen bunga promosi. Saat ini, suku bunga promosi BTN telah disesuaikan menjadi 2,65%, dari sebelumnya di atas 3%.
Baca Juga: Persaingan Bunga Deposito Valas Kompetitif Tak Jamin Nasabah Simpan Dana di Himbara
"Penyesuaian bunga tidak semata karena BI rate, tapi juga bagian dari strategi mendorong pertumbuhan kredit, merespons persaingan, dan menyesuaikan dengan struktur biaya dana kami," ujar Nofry.
Direktur Network & Retail Funding BTN Rully Setiawan menambahkan, bahwa BTN juga melakukan penyesuaian bunga simpanan.
Untuk pembukaan deposito lewat e-channel, bunga baru berlaku mulai Oktober 2025. Sedangkan untuk pembukaan lewat outlet, penyesuaian akan berlaku mulai November 2025.
"Kebijakan ini mempertimbangkan kondisi pasar saat ini dan proyeksi hingga akhir tahun," ujar Rully.
Jika dilihat dari laman perusahaan, suku bunga deposito BTN memiliki variasi tergantung pada produk, nominal, dan tenor. Untuk deposito ritel rupiah, bank BTN menyediakan dua pilihan yakni offline melalui kantor cabang dan online melalui balé by BTN.
Tingkat suku bunga mulai dari 1% hingga 3,75% dengan berbagai pilihan nominal mulai kurang dari Rp 1juta hingga lebih dari Rp 10 miliar dengan tenor mulai dari 1 bulan hingga 24 bulan.
Senada, PT Bank Mandiri Tbk juga telah menyesuaikan bunga kredit di segmen yang mengacu pada reference rate. Meski demikian, kontribusi segmen ini terhadap total portofolio masih terbatas.
Sebelumnya Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri, M.Ashidiq Iswara mengatakan, bahwa penyesuaian bunga kredit dan simpanan akan dilakukan secara prudent dengan mempertimbangkan kondisi likuiditas, dinamika pasar dan kebijakan moneter.
"Transmisi BI rate dipengaruhi kondisi likuiditas, struktur cost of fund, dan komunikasi dengan nasabah. Penyesuaian bunga kredit dan simpanan dilakukan secara hati-hati," jelas ashidiq.
Baca Juga: Ikuti Penurunan BI Rate, BTN Sesuaikan Suku Bunga Deposito
Meski telah menyesuaikan sebagian bunga kredit, Bank Mandiri belum menurunkan bunga deposito. Bank pelat merah ini mempertimbangkan kebutuhan likuiditas dan ekspektasi nasabah untuk tetap menjaga daya saing simpanan.
Di lihat dari laman perusahaan, Bank Mandiri menawarkan bunga deposito untuk deposito rupiah dengan bunga dibayar bulanan dan saat jatuh tempo dengan bunga yang variatif, yakni mulai dari yang terendah 2,25% untuk tenor 1-3 bulan, dan bunga tertinggi 2,50% untuk tenor 6-12 bulan.
Sementara itu, PT Bank CIMB Niaga Tbk mengaku belum banyak menurunkan bunga kredit. Pasalnya, penurunan biaya dana belum signifikan, dan likuiditas perbankan masih ketat.
"Cost of fund belum terlihat turun, jadi bunga kredit belum turun signifikan. Mungkin baru terlihat dampaknya di kuartal IV-2025," ujar Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan.
Namun, perseroan mulai memangkas bunga deposito dan membuka ruang penurunan lanjutan seiring membaiknya kondisi pasar.
Selanjutnya: Bakal Terbitkan Surat Utang, Ini Rekomendasi Saham BUMA International (DOID)
Menarik Dibaca: Hujan Sangat Lebat di Provinsi Berikut, Simak Peringatan Dini Cuaca Besok (23/10)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News