kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tabungan masyarakat masih stagnan


Rabu, 02 November 2016 / 11:02 WIB
Tabungan masyarakat masih stagnan


Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Tabungan penduduk Indonesia cenderung stagnan. Hal itu setidaknya tergambar pada data terbaru rasio tabungan masyarakat terhadap total produk domestik bruto (PDB).

Hitungan Dana Moneter Internasional (IMF) seperti yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) awal pekan ini, tahun lalu porsi tabungan terhadap PDB per kapita Indonesia sebesar 30,87%. Rasio tersebut pun cenderung stagnan dalam dua tahun terakhir.

Sebagai perbandingan, Singapura memiliki rasio tabungan terhadap PDB sebesar 46,73%. Sedangkan China  memiliki rasio tabungan terhadap PDB sebesar 48,87%.

Rata-rata rasio tabungan rumah tangga Indonesia terhadap total pendapatan juga rendah, hanya 8,5%. Dengan kata lain, masyarakat hanya menyisihkan 8,5% pendapatannya untuk ditabung.

Berdasarkan tingkat pendapatan, rumah tangga berpendapatan terendah hanya menabung sebesar 5,2% dari pendapatannya. Sedangkan kelompok berpendapatan paling tinggi menyisihkan 12,60% di pos tabungan.

Data ini mencerminkan sejumlah hal. Misalnya, penghasilan masyarakat masih rendah sehingga mayoritas pendapatannya habis untuk memenuhi kebutuhan dasar. Apalagi, dua tahun terakhir, ekonomi kian lesu dan pendapatan makin tipis.

Kedua, masyarakat Indonesia belum familiar dengan menabung di bank. Hal itu  tampak pada rendahnya kepemilikan rekening bank. Saat ini tercatat hanya 19% dari total penduduk Indonesia berusia di atas 15 tahun yang memiliki tabungan.

Nah, Muliaman D. Hadad, Ketua Dewan Komisioner OJK menilai, rasio tabungan nasional sebesar itu jelas tak cukup untuk membiayai kebutuhan pembangunan, alih-alih  menutup kesenjangan antara tabungan dan kebutuhan investasi. "Akibatnya, kebutuhan pembiayaan ini harus dipenuhi dari luar negeri seperti utang," katanya, kemarin.

Celakanya, dalam beberapa tahun terakhir pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan  (DPK) melambat. Tahun lalu, DPK perbankan hanya tumbuh 7,25% menjadi Rp 4.413,06 triliun, jauh lebih rendah dari tahun sebelumnya yang tumbuh 12,29%.

Padahal di sisi lain, kebutuhan pendanaan pembangunan kian besar. Sebagai gambaran, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahun 2015-2019, total kebutuhan dana infrastruktur Rp 5.519,4 triliun.

Tak heran, Presiden Joko Widodo berharap, masyarakat rajin menabung dan mengerem konsumsi. "Semakin tinggi tingkat tabungan masyarakat suatu negara, akan menggerakkan  roda ekonomi," kata Presiden Jokowi, saat hadir dalam peringatan Hari Menabung, Senin (31/10).

Para bankir menyambut ajakan itu. Santoso, Direktur Bank Central Asia (BCA) mencontohkan, BCA saat ini mempromosikan Tabungan Simpel dan TabunganKu yang bebas biaya.

Sayang, sejauh ini responnya belum menggembirakan. Setahun terakhir hingga September 2016, nilai simpanan TabunganKu di BCA mencapai Rp 1,4 triliun. Sedangkan simpanan di Tabungan Simpel hanya Rp 1,5 miliar.              

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×