Reporter: Herry Prasetyo, Adhitya Himawan | Editor: A.Herry Prasetyo
JAKARTA. Krisis likuiditas diperkirakan akan melanda kelompok bank menengah dan bank kecil pada tahun 2014. Likuiditas akan semakin ketat jika Bank Indonesia (BI) terus mengerek suku bunga acuan alias BI rate pada tahun depan.
Managing Director sekaligus Senior Economist and Government Relation Head Standard Chartered Bank Indonesia, Fauzi Ichsan, mengatakan BI akan terus melanjutkan menaikkan BI rate tahun depan. Jurus menaikkan BI rate tak bisa dihindari, lantaran nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terus tertekan. Apalagi, defisit transaksi berjalan masih besar, serta adanya rencana The Federal Reserve mengurangi stimulus alias tapering. Ia memperkirakan, BI rate akan bertengger di posisi 8,25% pada semester I 2014.
Kenaikan suku bunga acuan akan mendorong kenaikan suku bunga simpanan di perbankan, terutama bank menengah dan kecil. Namun, deposan besar akan khawatir menanamkan dana di bank menengah dan bank kecil lantaran dana yang dijamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) hanya Rp 2 miliar.
Akibatnya, deposan besar seperti nasabah dana pensiunan dan asuransi akan mengalihkan dana mereka ke bank besar yang dianggap lebih aman. Saat itu terjadi, bank kecil dan menengah akan mengalami krisis likuiditas. “Mau tak mau bank kecil dan menengah akan menaikkan suku bunga deposito setinggi-tingginya, supaya dana nasabah tidak pindah,” kata Fauzi.
Dampaknya, net interest margin (NIM) bank kecil dan menengah akan tergerus hingga kisaran 3%-4%. Sementara, NIM bank besar hanya menurun 1%-2%.
Wakil Direktur Utama Bank Jasa Jakarta Lisawati, menilai likuiditas dan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) bank kecil masih aman. Meski BI rate naik tahun depan, bank kecil tak akan mengalami krisis likuiditas. Sebab, bank kecil memiliki pasar tersendiri dan nasabah yang loyal.
Lisawati mengakui, pertumbuhan DPK pada tahun depan memang akan melambat. Namun, itu tak cuma terjadi di bank kecil dan menengah. Pertumbuhan likuiditas di bank besar juga akan melambat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News