kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.875   5,00   0,03%
  • IDX 7.314   118,54   1,65%
  • KOMPAS100 1.121   16,95   1,53%
  • LQ45 892   14,50   1,65%
  • ISSI 223   2,40   1,09%
  • IDX30 459   10,01   2,23%
  • IDXHIDIV20 553   13,38   2,48%
  • IDX80 129   1,38   1,09%
  • IDXV30 137   2,73   2,03%
  • IDXQ30 152   3,22   2,16%

Tahun ini, perbankan prioritaskan penyaluran kredit dibandingkan surat berharga


Senin, 07 Januari 2019 / 19:48 WIB
Tahun ini, perbankan prioritaskan penyaluran kredit dibandingkan surat berharga


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran kredit perbankan sepanjang 2019 diproyeksi masih akan deras. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksi pertumbuhan kredit industri perbankan dapat tumbuh 12% hingga 13% year on year (yoy). Alhasil para bankir akan memprioritaskan pendanaan untuk kredit terlebih dahulu.

Direktur Finance and Treasury PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Iman Nugroho Soeko menyatakan pihaknya akan menggunakan strategis dalam menempatkan dana saat bank memiliki kelebihan likuiditas yang belum tersalurkan lewat kredit.

BTN sendiri menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 15% yoy sepanjang 2019. "Surat berharga itu ada yang menarik juga. Selama likuiditas dan credit line tersedia tentu dibeli (surat berharga) berdasarkan kriteria risk return yang memadai," ujar Iman kepada Kontan.co.id pada Senin (7/1).

Agar likuiditas bank tidak ketat, Iman bilang selain menargetkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 15% yoy, bank dengan sandi saham BBTN ini akan mencari pendanaan di luar DPK (wholesale) sebesar Rp 14 triliun.

BTN berencana akan menghimpun dana tersebut dari pinjaman bilateral atau sindikasi dan penerbitan surat berharga baik obligasi negotiable certificate of deposit (NCD), maupun sekuritisasi.

Dalam laporan keuangan BTN per November 2018, BTN telah menempatkan dana ke surat berharga sebesar Rp 12,75 triliun. Nilai ini turun 0,06% yoy dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 13,66 triliun.

Setali tiga uang, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk juga mencatatkan pertumbuhan dana disurat berharga sebesar 3,08% yoy menjadi Rp 102,74 triliun.

Direktur Bisnis Treasury dan Internasional BNI Rico Rizal Budidharmo menyatakan penempatan dana pada surat berharga merupakan salah satu bentuk pengelolaan likuiditas perbankan.

Rico menekankan kenaikan portofolio surat berharga dilakukan jika likuiditas yang tersedia telah dapat memenuhi kebutuhan ekspansi kredit. Sebab kredit merupakan fokus utama bisnis BNI.

"Oleh karena itu penempatan dana pada surat berharga di 2019 cenderung cyclical. Berpotensi melambat di triwulan terakhir 2019 pada saat ekspansi kredit semakin tinggi, "jelas Rico kepada Kontan.co.id

Senada, PT Bank OCBC NISP Tbk juga masih mencatatkan pertumbuhan penempatan dana di surat berharga. Direktur Utama OCBC NISP Parwati Surjaudaja memproyeksi sepanjang 2018, bank dengan sandi saham NISP ini menempatkan dana di surat berharga sebesar Rp 30 triliun.

"Perkiraan kami penempatan dana di surat berharga akan tumbuh 5% hingga 10% yoy di 2019," imbuh Parwati kepada Kontan.co.id pada Senin (7/1).

OCBC NISP sendiri menargetkan dapat menyalurkan pertumbuhan kredit 11% hingga 12% di sepanjang 2019.

Sedangkan Direktur Keuangan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Panji Irawan menyatakan pemenpatan dana di surat berharga tidak akan berbeda dengan pencapaian 2018.

Selama suku bunganya masih menarik, paling tidak sama dengan tahun 2018. Sebelumnya Panji menargetkan penempatan dana untuk surat berharga tumbuh sekitar 12% yoy.

Merujuk pada laporan keuangan PT Bank Mandiri pada November 2018, dana Mandiri yang ditempatkan ke pada surat berharga sebesar Rp 130,57 triliun. Nilai ini tumbuh 11,73% yoy dari posisi yang sama tahun lalu Rp 116,86 triliun.

Begitupun dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk memproyeksi penempatan dana bank di surat berharga sepanjang 2018 masih single digit.

Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo bilang tren penempatan bank di surat berharga pada 2018 menurun bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya lantaran likuiditas bank sepanjang 2018 ketat.

"Namun pada 2019, proyeksi penempatan surat berharga akan meningkat sekitar 10% yoy, kurang lebih akan seimbang dengan peningkatan capital BRI," ujar Haru kepada Kontan.co.id pada Senin (7/1).

Sebelumnya, BRI menargetkan kredit sepanjang 2019 tumbuh 14% yoy. Hingga November 2018, bank dengan sandi saham BBRI ini telah menempatkan dana di surat berharga sebesar Rp 179,22 triliun. Nilai ini tumbuh 6,67% yoy dibandingkan November 2017 sebesar Rp 168 triliun.

Asal tahu saja, Data OJK per Oktober 2018, penempatan dana bank di surat berharga sebesar Rp 1.018,57 triliun. Nilai ini turun 0,73% yoy dari posisi yang sama tahun lalu Rp 1.026,15 triliun. Sedangkan data Bank Indonesia mencatat kredit tumbuh 13,1% yoy di Oktober 2018 menjadi Rp 5.189,3 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×