kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tak Cuma Soal Permodalan, Komposisi Lender Fintech Lending Juga Bakal Diatur


Senin, 07 Februari 2022 / 16:22 WIB
Tak Cuma Soal Permodalan, Komposisi Lender Fintech Lending Juga Bakal Diatur
ILUSTRASI. Peer to Peer Lending.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembenahan terkait penyelenggaraan fintech P2P lending pun terus dilakukan melalui aturan baru yang akan keluar. Tak hanya permodalan, namun sumber pemberi pinjaman atau kerap disebut lender dari fintech juga bakal diatur komposisinya.

Dalam rapat kerja bersama Komisi XI-DPR-RI, Kepala Eksekutif Pengawas IKNB OJK Riswinandi mengatakan bahwa akan ada pembatasan bagi lender institusi yang berafiliasi dengan perusahaan dan individu tidak boleh memberikan pinjaman melebihi 25% dari outstanding pinjaman.

“Sisa 75%-nya harus mengambil dari perusahaan industri jasa keuangan, perbankan, ataupun multifinance yang diawasi oleh OJK,” ujar Riswinandi beberapa waktu lalu.

Bukan tanpa alasan, Riswinandi melihat isu yang saat ini terjadi ialah terkait bunga yang susah diatur karena lender-nya berasal dari individu maupun korporasi yang berafiliasi dengan pemilik platform. Harapannya, dengan aturan tersebut, OJK bisa mengendalikan tingkat bunga yang lebih baik.

Baca Juga: Danamas Targetkan Pencairan Kredit Rp 2,3 Triliun Tahun Ini

Adapun, masih ada beberapa penyelenggara fintech lending yang masih memiliki satu super lender dalam menjalankan bisnisnya. Ambil contoh, Danain yang saat ini masih mengandalkan satu lender yang bukan berasal dari industri jasa keuangan.

CEO Danain Budiardjo pun mengungkapkan alasan kenapa saat in platformnya baru menggunakan satu super lender. Hal tersebut terkait dengan volume penyaluran pinjaman perusahaan yang masih minim yaitu sekitar Rp 3 miliar setelah melakukan perubahan bisnis model di akhir tahun lalu.

“Kami punya banyak lender individu dan 4 perbankan yang sudah siap menjadi lender. Nanti sejalan dengan peningkatan volume penyaluran pinjaman kita akan aktivasi lagi seperti dulu,” ujar Budiardjo.

Adapun, tahun ini pihaknya menargetkan bisa menyalurkan total pinjaman hingga Rp 100 miliar. Dengan nilai outstanding pinjaman mencapai Rp 60 miliar.

Selain itu, ada juga Amartha yang saat ini mencatat lender dari institusi jasa keuangan mendominasi sekitar lebih dari 60% dari total lender yang ada. Sekadar informasi, nilai yang disalurkan secara akumulasi telah mencapai Rp 5,6 triliun per 31 Januari 2022.

Baca Juga: Pemegang Saham Fintech Siap Setor Modal Tambahan

CCO Amartha Hadi Wenas pun menyampaikan bahwa selama ini Amartha telah aktif juga untuk membuka kerjasama dengan industri jasa keuangan untuk channelling loan dengan sepanjang 2021 mendapat pendanaan sekitar Rp 1,5 triliun. Bank-bank yang telah bekerjasama antara lain Bank Jatim, Bank BJB, Bank Sumselbabel, BPR Pujon dan BPR Nusumma. 

“Tahun 2022 ini Amartha akan tetap menjalin kerja sama dari sektor perbankan atau lender institusi.  Dan Amartha mulai aktif berkolaborasi dengan perbankan sejak 2020 lalu,” ujar Hadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×