Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
Cathay sejatinya juga merupakan salah satu pengendali Bank Mayapada sejak 2017, setelah setahun sebelumnya membeli 15,10% saham perseroan yang dipegang Briliant Bazaar Pte Ltd. Pasca transaksi Cathay kemudian mengempit 40% kepemilikan saham Bank Mayapada.
Sejak saat itu, Cathay juga terus berpartisipasi dalam aksi rights issue yang digelar perseroan untuk mempertahankan komposisi kepemilikan saham 40%. Pada 2017 Cathay mengucurkan Rp 400 miliar, dan Rp 800 miliar pada 2018. Baru pada rights issue tahun lalu Cathay alpa, sehingga kepemilikannya ikut terdilusi menjadi 37,33% dan bertahan hingga kini.
Baca Juga: OJK: Bank Mayapada sudah sampaikan action plan
Saat dikonfirmasi, Tahir menepis isu ini. Ia bilang sejauh ini belum ada pembicaraan terkait beralihnya pengendalian terakhir Bank Mayapada. Ia juga bilang masih punya komitmen untuk tak melepaskan kendali terakhir bank bentukannya ini.
“Intinya memperkuat modal, bukan mengambil alih. Kami juga belum pernah bicara (pengambilalihan), yang jelas kami pasti ambil rights issue, kalau mereka (Cathay) belum jelas. Namun, kami tetap berharap mereka ikut tambah modal,” kata Tahir.
Sementara Hariyono menambahkan, Cathay sejatinya sudah sejak lama punya niat meningkatkan kepemilikan sahamnya, namun terganjal regulasi dimana batas maksimum kepemilikan bank oleh asing adalah 40%.
Ia menambahkan, bercermin dari akuisisi Bangkok Bank terhadap PT Bank Permata Tbk (BNLI), Cathay kini makin serius mewujudkan niat tersebut, bahkan ditarget bisa terealisasi tahun ini.
“Sebelumnya asing kan terbatas 40%, namun kemarin ada Bangkok Bank ke Bank Permata, itu dicontoh. Saya tidak tahu bagaimana kesepakatannya dengan PSPT, namun Cathay menargetkan bisa meningkatkan kepemilikan lebih dari 40% tahun ini. Mereka juga tidak mau ketinggalan kesempatan jika pandemi usai, permintaan kredit pasti besar,” sambung Hariyono.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News