Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
57 debitur dari Grup Hanson International milik Benny Tjokro senilai Rp 12,39 triliun, 14 debitur dari Grup Saligading Bersama milik Musyanif senilai Rp 3,13 triliun, 16 debitur dari Grup Intiland milik Hendro Gondokusumo senilai Rp 4,74 triliun, dan 11 debitur dari Grup Mayapada milik Tahir senilai Rp 3,3 triliun.
Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi PT Intiland Development Tbk (DILD) Archied Noto Pradono membantah hal ini. Ia bilang total kredit modal kerja dari Bank Mayapada cuma sekitar 19% dari total dari total utang perseroan yakni sebesar Rp 4,8 triliun. Adapun, akhir tahun lalu, total utang Intiland ke Bank Mayapada tercatat Rp 870,4 miliar. Sedangkan hingga Maret 2020 nilainya Rp 918,7 miliar.
“Jadi total hutang Intiland ke Bank Mayapada bukan Rp 4,47 triliun seperti yang beredar di pemberitaan media," katanya kepada Kontan.co.id.
Sebagai catatan, pengelompokan grup debitur yang dilakukan BPK tersebut sejatinya tak cuma lantaran adanya relasi kepemilikan antar perusahaan, melainkan juga terhadap kepengurusan, hubungan keuangan, hingga spesimen tanda tangan pengendali grup di pembukaan rekening bank lain.
Baca Juga: OJK: Hasil pengawasan OJK tengah diselesaikan Bank Mayapada
Saat dikonfirmasi, Direktur Utama Bank Mayapada Hariyono Tjahjarijadi enggan berkomentar soal penetapan status BDPI, dan menyatakan seluruh temuan OJK dalam laporan BPK tersebut sudah diselesaikan.
“Semua temuan BPK sudah kami selesaikan. Kami juga sudah mengeksekusi aset Rp 17 triliun dari sejumlah debitur yang sempat bermasalah tersebut,” katanya kepada Kontan.co.id, Senin (13/7).
Meski mengaku sudah menyelesaikan, namun kondisi keuangan perseroan nyatanya tetap terpengaruh. per kuartal I-2020, NPL gross perseroran meningkat tajam menjadi 6,94% dibandingkan 3,85% akhir tahun lalu. Sementara CAR juga ikut terpapas dari 16,18% pada akhir tahun lalu menjadi 13,75% pada MAret 2020.
Ini alasannya sejak akhir kuartal pertama Tahir getol menambah modal. Hingga kini secara total Tahir sudah menyetor Rp 4,5 triliun modal, Rp 1 triliun disetor tunai, sedangkan Rp 3,5 triliun berasal dari jual beli aset sejumlah properti milik Tahir.
Setoran modal ini disiapkan untuk merealisasikan aksi penambahan modal lewat hak memesan efek terlebih dahulu alias rights issue yang sedang dipersiapkan perseroan. Aksi ini akan digelar dengan menerbitkan 2.277.470.229 saham anyar dan target penghimpunan dana Rp 4,5 triliun.
Selain kucuran modal Tahir, secara terpisah Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III Otoritas Jasa Keuangan Slamet Edy Purnomo bilang pengendali saham Bank Mayapada lain yaitu Cathay Life Insurance Co Ltd tengah menggelar uji tuntas untuk menggantikan Tahir sebagai pengendali terakhir di perseroan.
“Mudah-mudahan, minggu depan due diligence sudah selesai,” kata Slamet kepada Kontan.co.id.