Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Tak bisa dipungkiri, pesatnya penetrasi teknologi telah mengubah tren bisnis di dunia. Berbagai kemudahan yang ditawarkan lewat teknologi mendorong bisnis juga ikut menyesuaikan diri, entah lewat transformasi ke digital atau sekadar memanfaatkan kemudahan teknologi untuk mendukung bisnis.
Maraknya kemunculan banyak perusahaan rintisan (startup) menjadi salah satu bukti Indonesia pun juga mulai mengarah ke tren seperti itu. Lihat saja, dalam satu dasawarsa terakhir, perusahaan startup terus bermunculan. Tren jenis startup pun terus berubah, dari semula lebih populer model bisnis e-commerce, kini trennya sudah beralihke teknologi finansial (tekfin).
Tentu, tak ada asap tanpa ada api. Perusahaan rintisan itu menjamur lantaran ditopang oleh derasnya aliran dana dari sejumlah perusahaan global maupun lembaga keuangan. Bukan hanya berasal dari perbankan, pendanaan startup juga didapat dari kucuran dana yang berasal dari perusahaan modal ventura.
Ya, di sepanjang tahun ini, beberapa perusahaan modal ventura semakin gencar memberikan pendanaan kepada startup. Mereka serius menggarap bisnis ini dengan menganggarkan dana tidak sedikit.
Sebut saja, misalnya, PT Mandiri Capital Indonesia (MCI). Hingga akhir tahun ini, anak usaha Bank Mandiri itu siap mengalirkan pendanaan sebesar Rp 50 miliar untuk startup. Dana pembiayaan sebesar itu berasal dari induk perusahaan.
Langkah serupa akan dilakukan PT Bahana Artha Ventura (BAV). Dalam waktu dekat, Bahana akan mengucurkan pendanaan Rp 3 miliar untuk perusahaan rintisan. BAV bakal fokus berinvestasi ke startup yang memiliki ekosistem di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Sesuai rencana, BAV akan menyalurkan pembiayaan empat perusahaan startup di tahun ini. Kami masih dalam tahap penjajakan dengan beberapa startup yang fokus dengan bidang UMKM. Pendanaan itu berupa modal tunai lewat penyertaan saham, obligasi konversi, atau pembiayaan langsung, kata Muhammad Sidik Heruwibowo, Direktur Utama Bahana Artha Ventura.
Tak mau kalah, PT BRI Ventura Investama (BRI Ventures) juga akan mengalokasikan dana investasi untuk perusahaan startup. Tidak tanggung-tanggung, lengan investasi Bank BRI ini bakal merogoh kocek hingga US$ 250 juta atau setara Rp 3,5 triliun dalam beberapa tahun ke depan untuk membiayai startup Seri A ke atas yang bergerak di industri penunjang keuangan.
Sinergi dengan induk
Pendanaan sebesar itu akan dikucurkan BRI Ventures dari kas internal. Sebelumnya, pada akhir Juli 2019, BRI Ventures mendapatkan suntikan modal tambahan sebesar Rp 800 miliar dari perusahaan induknya.
Tentu, ada sejumlah kriteria yang diterapkan perusahaan ventura dalam memberikan pendanaan kepada perusahaan startup. Di antaranya, menurut Sidik, calon mitra startup harus memiliki rencana dan strategi bisnis yang jelas dengan mode bisnis menjanjikan. Selain itu, founder (pendiri) dan tim startup tersebut memiliki kredibilitas yang tinggi di bidangnya. Satu lagi, startup harus punya track record yang baik.
Jika kriteria itu sudah terpenuhi, lanjut Sidik, tim perusahaan startup tinggal mengajukan permohonan dana (proposal) berupa rencana dan strategi bisnis yang matang disertai dengan proyeksi keuangan yang jelas.
Setelah proposal diajukan, pihak BAV akan melakukan proses due diligence berupa pengumpulan informasi, data, dokumen, dan pengujian atau verifikasi data. Hasil dari analisa kelayakan usaha akan menentukan layak tidaknya proposal itu disetujui, kata Sidik.
Kriteria serupa juga diberlakukan Mandiri Capital kepada startup yang ingin mendapatkan suntikan dana. Eddi Danusaputro, CEO Mandiri Capital Indonesia menyebutkan sejumlah kriterianya. Pertama, sudah ada produk yang diluncurkan ke pasar. Kedua, sudah melalui pendanaan sebelumnya. Ketiga, calon mitra sudah harus ada traksi yang baik dan memiliki manajemen yang andal
Pengertian traksi di sini adalah perusahaan rintisan itu tidak sekadar menunjukkan pendapatan, profit atau upaya untuk meningkatkan jumlah penggunanya. Traksi juga bisa diukur dari upaya startup mempertahankan pertumbuhan bisnis berkelanjutan yang positif.
Syarat yang tak kalah penting, menurut Eddi, startup itu memiliki potensi sinergi yang kuat dengan Mandiri Group. Karena itu, umumnya perusahaan ventura yang induknya bergerak di bidang keuangan, seperti bank, lebih memilih startup yang bisa menawarkan solusi teknologi yang mendukung layanan keuangan.
Ini juga yang menjadi pertimbangan PT Central Capital Ventura dalam mendanai startup. Anak usaha BCA ini memberikan kemudahan akses jaringan investasi ke grup induk bagi startup yang mau bekerjasama dengan Central Capital. Kami akan berinvestasi kepada perusahaan teknologi finansial (tekfin) yang bisa bekerja sama dengan grup usaha, kata Michele Suteja, Direktur Central Capital Ventura.
Sayang, Michele enggan menyebut alokasi dana yang disiapkan Central Capital untuk membiayai startup. Namun, sebelumnya, Investment Associate Central Capital Ventura, Eric Hendrickus menyatakan, pihaknya masih menggunakan alokasi dana investasi sebesar Rp 200 miliar yang disuntikkan BCA ketika pertama kali beroperasi pada medio 2017 lalu.
Sejauh ini, kata Eric, perusahannya telah menyalurkan pendanaan kepada 14 startup. Hingga akhir tahun ini, perusahaan ini membidik 56 startup lagi untuk didanai. Sebagian besar mitra startup Central Capital bergerak di bisnis tekfin, mulai dari peer to peer lending, pembayaran, insurtech, dan remitansi.
Adapun, perusahaan startup tekfin yang telah mendapatkan pendanaan Central Capital, antara lain KlikACC, Insurtech Qoala, JuloFinance, Pomona, AirWallex, dan Impact Credit Solutions.
Menurut Eric, perusahaannya fokus pada investasi tahap awal, khususnya seri A. Alasannya, perusahaan startup pada level ini telah memiliki produk yang dijual ke pasar dan tengah mengincar pertumbuhan bisnis yang tinggi.
Hal ini berbeda dengan perusahaan startup yang berada pada tahap pre-seeds dan seeds funding yang produknya masih dalam tahap ide dan harus menyesuaikan produknya dengan pasar terlebih dahulu.
Program inkubasi
Eddi menimpali, sebelum mengucurkan pendanaan investasi, Mandiri Capital juga akan mengevaluasi dan menjajaki potensi sinergi antara startup tersebut dengan Mandiri Group. Setelah investasi, Mandiri Capital mengawal dan mendorong proses tersebut. Kami pentingkan sinergi, yaitu mitra startups membantu Mandiri Group dari segi pengembangan produk (product development) atau perbaikan proses, distribusi, atau lainnya, katanya.
Sejak berdiri pada tahun 2016 hingga sekarang, Mandiri Capital sudah menyalurkan sekitar 80% dari modal perusahaan yang berjumlah lebih dari Rp 1 triliun ke 11 startup (per Juli 2019).
Target sampai akhir tahun ini, Mandiri Capital bisa membiayai 13 startup.Kami rencanakan akan ada 12 penyertaan baru dalam sisa tahun ini. Kami hanya fokus membiayai perusahaan startup tekfin. Sebab, pendanaan kami berasal dari lembaga keuangan, papar Eddi.
Untuk mendapatkan mitra startup yang tepat, Mandiri Capital melakukan sejumlah strategi. Salah satunya adalah menggelar program inkubasi, dengan mengundang startup baru untuk masuk ke tahap bimbingan selama enam bulan. Di akhir masa enam bulan itu, calon mitra melakukan pitching competition untuk mendapatkan persetujuan pendanaan.
Lalu, jika proposal disetujui, berapa batas maksimal pendanaan yang dikucurkan perusahaan modal ventura ke mitra startup? Tidak ada bujet. Biasanya pendanaan berkisar US$ 100.000 sampai US$ 1 juta per investasi, ujar Rimawan Yasin, Sekretaris Jenderal Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo).
Sebenarnya, batas maksimum pemberian kredit perusahaan jasa keuangan telah diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 35/POJK.05 tahun 2015. Dalam beleid tersebut disebutkan, nilai penyertaan, pembiayaan, dan kegiatan usaha lain kepada satu pasangan usaha atau debitur dibatasi paling tinggi sebesar 25% dari ekuitas perusahaan modal ventura.
Dalam POJK itu juga diatur mengenai kegiatan penyertaan saham modal ventura. Salah satunya terkait jangka waktu penyertaan saham paling lama 10 tahun. Setelah jangka waktu tersebut berakhir, maka penyertaan saham dapat diperpanjang dua kali dengan total jangka waktu perpanjangan seluruhnya paling lama 10 tahun.
Eric membenarkan, rentang waktu investasi yang ditanamkan ke perusahaan rintisan berkisar 5-10 tahun. Itu sebabnya, pada tahun ketiga operasionalnya, Central Capital masih fokus dalam memilih perusahaan startup yang cocok didanai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News