kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.933.000   16.000   0,83%
  • USD/IDR 16.139   -85,00   -0,52%
  • IDX 7.931   38,34   0,49%
  • KOMPAS100 1.118   1,09   0,10%
  • LQ45 827   -2,94   -0,35%
  • ISSI 267   3,46   1,32%
  • IDX30 427   -1,81   -0,42%
  • IDXHIDIV20 491   -1,62   -0,33%
  • IDX80 124   -0,22   -0,18%
  • IDXV30 128   0,08   0,06%
  • IDXQ30 138   -0,34   -0,25%

Tanda-Tanda Penurunan Bunga Kredit Bank Belum Terlihat


Kamis, 14 Agustus 2025 / 19:37 WIB
Tanda-Tanda Penurunan Bunga Kredit Bank Belum Terlihat
ILUSTRASI. Sejak penurunan BI rate pada September 2024, bank terlihat belum ada tanda-tanda menurunkan suku bunga acuannya secara signifikan. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/rwa.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sudah lebih dari hampir setahun sejak penurunan suku bunga acuan atau BI rate pada September 2024, bank terlihat belum ada tanda-tanda menurunkan suku bunga acuannya secara signifikan. Padahal, penurunan suku bunga di waktu itu menimbulkan harapan berakhirnya era suku bunga tinggi. 

Lebih lanjut, penurunan BI rate kembali terjadi di tahun 2025 dan tercatat sudah tiga kali dengan total sebesar 75 basis poin (bps). Sayangnya, bank tak bergeming untuk menurunkan bunga kreditnya.

Alih-alih turun, data Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) perbankan secara industri malah mengalami kenaikan. Data terakhir menurut BI mencatat SBDK per Mei 2025 sebesar 9,23%.

Sebagai perbandingan, SBDK perbankan pada Desember 2024 masih tercatat lebih rendah di level 9,18%. Apalagi jika dibandingkan dengan posisi Mei 2024 yang tercatat di level 8,81%.

Baca Juga: Emas Menguat Seiring Dolar Melemah dan Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Persaingan likuiditas yang ketat kerap menjadi alasan bankir susah menurunkan suku bunganya. Namun, kini rasio likuiditas perbankan yang tercatat dalam Loan to Deposit Ratio (LDR) mulai melonggar di 86,4%, lebih longgar dibandingkan posisi Desember 2024 di level 88,62%.

Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan bilang bunga kredit di CIMB Niaga sejatinya tidak naik seperti kenaikan bunga deposito sejak awal-awal era bunga tinggi. Alhasil, saat ini bank lebih fokus melakukan penurunan bunga deposito

“Kelihatannya penurunan bunga kredit akan menyusul sejalan dengan penurunan CoF yang lebih nyata,” ujarnya.

Di sisi lain, ia mengungkapkan bahwa saat ini likuiditas yang dimiliki oleh belum begitu longgar karena secara bulanan juga belum terlihat. Alhasil, cost of fund pun hanya mampu dijaga tidak naik tapi belum turun signifikan.

Oleh karena itu, ia berharap pada periode separuh kedua di 2025 ini likuiditas bisa melonggar dengan maturity dari surat utang di pasar dan SRBI juga rendah. Harapannya, bunga deposito baru bisa turun.

Sebagai gambaran, SBDK CIMB Niaga terlihat naik terlebih untuk segmen KPR. Adapun, SBDK di segmen tersebut per 31 Juli 2025 di level 8,70%, naik dari periode Januari 2025 di level 8,16%.

Baca Juga: Suku Bunga BI Turun, Investasi Asuransi Jiwa di SRBI Menyusut

Sementara itu, Presiden Direktur Maybank Indonesia Steffano Ridwan mengakui sampai saat ini persaingan likuiditas memang sudah lebih baik dari semester 1-2024. Sayangnya, cost of fund masih sangat tinggi sekali sehingga banyak bank besar belum menurunkan bunga depositonya. 

“Semua menunggu bank-bank besar menurunkan suku Bunga depositonya,” ujar Steffano.

Lebih lanjut, untuk suku Bunga kredit, ia bilang bahwa itu akan mengikuti  pergerakan cost of fund. Namun, ia mengingatkan tidak akan langsung karena pasti ada gap time untuk implementasinya.

“Kalau cost of fund masih tinggi, bagaimana bank bisa menurunkan suku Bunga kreditnya,” tambahnya.

Terakhir, Ia bilang untuk saat ini yang lebih memungkinkan untuk bunga kredit cepat turun adalah segmen korporasi dibandingkan ritel. Mengingat, secara risiko juga lebih baik.

Selanjutnya: Dana Asing Comeback, IHSG Diprediksi Melaju ke Level 8.000

Menarik Dibaca: Jangan Asal Traveling, Begini Tips Menikmati Wisata Alam

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mengelola Tim Penjualan Multigenerasi (Boomers to Gen Z) Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×