Sumber: KONTAN | Editor: Johana K.
JAKARTA. Pelan-pelan rencana akuisisi Bank Rakyat Indonesia (BRI) mulai terkuak. Sumber KONTAN di Kementerian BUMN yang tahu persis soal itu mengungkapkan, target akuisisi BRI sejatinya hanyalah Bank Agroniaga (Agro). Jadi, bukan lagi dua bank.
"Memang benar BRI punya rencana mengakuisisi bank, tapi hanya Bank Agro, bukan Bukopin atau bank lain," tegas sang sumber, Senin (1/3).
Direktur Utama BRI Sofyan Basir enggan berkomentar banyak tentang rencana akuisisi itu. Sofyan hanya bilang, akuisisi masih di tangan tim yang bertanggung jawab menyukseskan rencana tersebut. "Masih proses. Kami memang ada rencana untuk mengakuisisi Bank Agro jika memungkinkan," kata Sofyan.
Namun yang pasti, rencana akuisisi ini akan diselesaikan pada semester pertama tahun ini. Untuk itu, BRI akan meminta restu pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang rencananya akan berlangsung bulan Mei mendatang.
Sekretaris Perusahaan Bank Agro Hirawan Nur Kustono menyatakan, pada dasarnya manajemen Bank Agro telah siap dengan rencana aksi korporasi itu. Tapi Hirawan buru-buru menegaskan, manajemen Bank Agro sangat minim mendapatkan akses informasi mengenai rencana akuisisi BRI.
"Karena proses akuisisi ini adalah perjanjian antar pemilik saham, jadi saya tidak bisa memberikan informasi detil," terang Hirawan.
Hubungan erat BRI dan Bank Agro
Hirawan menambahkan, ada beberapa kemungkinan yang bisa mengkaitkan BRI dengan Bank Agro. Pertama, bisnis Bank Agro yang kuat pada penyaluran kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di agribisnis. "Selama ini kami menempel pada PT Perkebunan Nusantara (PTPN). Kredit UMKM porsinya cukup besar, sekitar 42% dari total kredit kami," ujar Hirawan.
Per Desember 2009, Bank Agro telah menyalurkan kredit sebesar Rp 2 triliun dengan tingkat loan to deposit ratio (LDR) sebesar 80,99%. "Secara jaringan, kami memiliki 7 kantor cabang, 7 kantor cabang pembantu, dan 2 kantor kas. Dan sebagian besar menempel dengan PTPN," ujarnya.
Kedua, Bank Agro tengah membutuhkan investor strategis untuk memasok modal tambahan. Maklum, sebagai pemilik 97% saham Bank Agro, Dana Pensiun Perkebunan (Dapenbun) memiliki keterbatasan dalam menambah modal Bank Agro.
"Dapenbun tak bisa menambah modal terus karena berbenturan dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) tentang dana pensiun," terang Hirawan. Bank Agro memerlukan tambahan modal untuk ekspansi. "Jika modal tak ditambah, kan, penyaluran kredit bisa menggerus CAR kami," tambah Hirawan.
Ketiga, ada kemungkinan sinergi antar BUMN, yaitu BUMN perkebunan dan perbankan. Dengan membeli saham Bank Agro, BRI tak perlu repot membuka kantor-kantor cabang dalam menyalurkan kredit ke sektor agribisnis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News