Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Direktur Grup Risiko Perekonomian dan Sistem Keuangan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Mochammad Doddy Ariefianto menyebut di akhir kuartal I ini pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) cenderung turun. Menurutnya, hal tersebut berkaitan dengan berakhirnya program tax amnesty pada Maret 2017.
Artinya, dengan berakhirnya program pengampunan pajak, aliran dana repatriasi yang masuk ke perbankan akan terhenti. "Kita tidak tahu apakah ada dana masuk nanti, tapi asumsi sekarang tambahan DPK stop," ujarnya di Jakarta, Kamis (23/4).
Selain itu, dengan pertumbuhan kredit yang diperkirakan naik sekitar 10% hingga 12%, menurut Doddy pertumbuhan DPK akan sulit mengejar karena diproyeksi hanya tumbuh sekitar 7% sampai 8% pada akhir Kuartal II dan kuartal III tahun ini. "Dengan potensi pengetatan likuiditas itu, tren penurunan bunga deposito sampai Kuartal I-2107 ini akan sedikit tertahan," katanya.
Kendati demikian, peluang pengetatan likuiditas pada tahun ini kemungkinan akan lebih terkendali seiring langkah penghimpunan dana di luar DPK yang dilakukan oleh perbankan.
Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja menilai memang akan potensi pengetatan likuiditas pada pertengahan tahun ini, salah satunya dikarenakan penarikan untuk pembiayaan infrastruktur sudah mulai berjalan, sementara Loan to Funding Ratio sudah menyentuh di tingkat 90%.
Jahja menilai, guna menambah likuiditas pihaknya memprediksi suku bunga deposito bisa naik pada Kuartal III-2017. "LFR BCA saat ini 74%, saya prediksi Kuartal III-2017 suku bunga deposito mulai naik," ujarnya kepada KONTAN, Jumat (24/3). Sebagai informasi saja, LPS mencatat pada kuartal I-2017 suku bunga deposito masih menunjukan tren penurunan seiring kondisi likuiditas yang longgar.
Suku bunga deposito maksumum dan average untuk simpanan dalam rupiah pada bank-bank yang dipantai LPS terpantau turun sebesar masing-masing 11 basis poin dan 8 bps sejak awal tahun. Sedangkan suku bunga deposito maksimum simpanan valas terpantau turun 3 bps sejak awal tahun ssetelah terjadi peningkatan 16 bps pada kuartal sebelumnya.
Data LPS juga menunjukan bunga deposito special rate tenor satu bulan hingga Februari 2017 untuk BUKU IV turun 13 bps dibandingkan akhir tahun lalu sedangkan BUKU III sudah turun 5 bps. BUKU II turun 2 bps sementara pada kelompok buku I meningkat 5 bps.
Efek The Fed
Senada dengan Jahja, Direktur Keuangan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Iman Nugroho Soeko menyatakan likuiditas berpotensi mengetat jika Bank Indonesia (BI) menaikan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate menyusul proyeksi kenaikan Fed Fund Rate (FFR). "Jika itu terjadi, maka kami juga akan menaikan tingkat suku bunga deposito yang setara dengan suku bunga acuan BI," jelasnya.
Sebelumnya, BTN telah memiliki sejumlah rencana pendanaan di luar DPK guna menjaga likuiditas untuk ekspansi kredit. Adapun bentuk dari pendanaan tersebut antara ain sekuritisasi, pinjaman bilateral, sertifikat deposito (Negotiable Certificate of Deposit/NCD) serta obligasi.
Terbaru, pada Januari 2017 lalu BTN memang telah menerbitkan NCD sebesar Rp 1,73 triliun sementara pada April 2017 mendatang BTN berencana menerbitkan Efek Beragunan Aset Surat Partisipasi (EBA-SP) sebesar Rp 1 triliun.
Sedangkan untuk penerbitan obligasi, BTN berencana untuk menerbitkan sebesar Rp 10 triliun. Namun, Iman mengatakan obligasi akan diterbitkan bertahap hingga tahun depan. "Kuartal II-2017 kami rencana terbitkan Rp 3 triliun sampai Rp 5 triliun, namun tergantung kondisi pasar, bisa juga Rp 3 triliun saja tahun ini," jelasnya.
Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri Tbk, Rohan Hafas mengamini jika ada potensi pengetatan likuiditas pasca berakhirnya periode amnesti pajak. "Dana tax amnesty memang di lock di Indonesia 3 tahun, tapi itu bisa berbentuk deposito, bisa juga saham, artinya kalau tidak ada dana baru (DPK) Loan to Deposit Ratio (LDR) berpotensi semakin mepet (naik)," jelas Rohan.
Meski begitu, Rohan menyebut kondisi likuiditas Bank Mandiri saat ini masih cukup longgar dengan LDR di level 80%. "Untuk bank Mandiri, saya kira dua tahun ke depan likuditas kita masih cukup," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News