kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.774   -14,00   -0,09%
  • IDX 7.460   -19,91   -0,27%
  • KOMPAS100 1.153   -1,43   -0,12%
  • LQ45 914   0,41   0,05%
  • ISSI 225   -1,12   -0,49%
  • IDX30 472   0,95   0,20%
  • IDXHIDIV20 569   1,36   0,24%
  • IDX80 132   0,02   0,01%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,24   0,16%

Tekan rasio NPL, ini sektor yang dihindari bank dalam penyaluran kredit di tahun 2019


Rabu, 27 Februari 2019 / 19:33 WIB
Tekan rasio NPL, ini sektor yang dihindari bank dalam penyaluran kredit di tahun 2019


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski iklim ekonomi di tahun 2019 diprediksi belum stabil, sejumlah perbankan tetap optimis rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) bisa melandai tahun ini.

Salah satunya, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) yang memprediksi tahun ini NPL bisa berada minimal di level 3%. Posisi tersebut praktis lebih rendah dari realisasi tahun sebelumnya yang sempat menyentuh 3,75%. 

Untuk mencapai target tersebut, Bank Jatim bakal lebih selektif menyalurkan kredit. Salah satunya yakni dengan fokus pada kredit konsumer aparatur sipil negara (ASN) dan pensiunan.

"Kami juga fokus di segmen UMKM terutama di unit mikro dengan skema linkage BPR (bank perkreditan rakyat) dan Pemda (Pemerintah Daerah)," tuturnya kepada Kontan.co.id, Rabu (27/2).

Sementara untuk segmen korporasi, bank bersandi bursa BJTM ini lebih memilih sektor jalan tol terutama sindikasi dan pembiayaan rumah sakit. 

"NPL akan ada perbaikan karena peningkatan dari sisi kualitas analisis, dan adanya penguatan dari sisi legal dan compliance officer," singkatnya. 

Sektor yang dihindari oleh Bank Jatim yakni sektor pertambangan, tenaga listrik (swasta) dan sub kontraktor alasannya pihaknya akan lebih fokus ke pembiayaan dengan skema supply chain core bisnis terkait proyek pemda Jawa Timur.

Senada, Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja mengatakan tahun ini sektor yang masih potensial masih cukup besar. Salah satunya seperti manufaktur, perkebunan maupun jasa. 

Adapun, tahun ini OCBC NISP menargetkan NPL berada di bawah level 2%. Sebagai catatan, per akhir Desember 2018 lalu OCBC NISP mencatatkan rasio NPL berada di 1,7% posisi ini turun dari periode yang sama tahun sebelumnya 1,8%.

"Target pertumbuhan kredit kami 10%-15% risiko kredit masih jadi fokus kami di 2019 karena berbagai faktor eksternal atau domestik maupun internasional yang masih harus diwaspadai," kata Parwati. 

Sebagai informasi saja, Otoritas Jasa Keuagan (OJK) dalam Statistik Perbankan Indonesia (SPI) mencatatkan per akhir 2018 total NPL perbankan ada di level 2,36%. Posisi tersebut menurun dari periode tahun 2017 lalu yang sempat menyentuh 2,8%.

Bila dirinci berdasarkan sektornya, tercatat sektor pertambangan masih mencatatkan NPL tinggi sebesar 4,65% per akhir 2018, namun posisi ini turun jauh dari 2017 yang mencapai 6,17%. 

Sementara dari sisi jumlah kreditnya, sektor perdagangan masih menyumbang NPL perbankan terbesar. Meski begitu, NPL sektor perdagangan membaik dari 4,07% menjadi 3,61% tahun lalu. 

Dua sektor kredit yang menjadi unggulan juga tercatat membaik seperti pertanian sebesar 1,31% turun dari 1,36% serta sektor konstruksi yang menyusut menjadi 3,13% dari tahun 2017 3,66%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×