Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom memperkirakan suku bunga The Fed akan dipercepat ke kuartal I-2022 ini. Kenaikan tersebut tentu bakal direspon dengan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sehingga akan berdampak pada bunga kredit.
Sejumlah bank mengaku belum memiliki ancang-ancang untuk menaikkan suku bunga kredit. Namun, prospek suku bunga mereka akan tergantung pada pergerakan biaya dana dan juga kebijakan BI.
Haru Koesmahargyo, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mengatakan, suku bunga kredit BTN akan mengikuti pergerakan biaya dana. Saat ini cost of fund perseroan masih cenderung stabil sehingga suku bunga kredit disebut masih dapat dipertahankan di level rendah.
"Namun kami terus melakukan evaluasi biaya dana untuk dapat menyesuaikan suku bunga kredit jika diperlukan. Sepanjang tahun 2021, BTN telah menurunkan suku bunga sebanyak 165 basis poin (bps)-270 bps," kata Haru kepada Kontan.co.id, Rabu (19/1).
Dengan proyeksi suku bunga yang akan naik, BTN tetap optimistis pertumbuhan kredit tetap membaik. Tahun ini, BTN menargetkan akan tumbuh 9%-11% tahun ini.
Baca Juga: BTN Targetkan Kredit Tumbuh 9%-11% pada Tahun 2022
BTN akan terus mendorong ekspansi kredit dengan fokus pada pengembangan housing ecosystem dan menyalurkan kredit untuk mendorong sektor perumahan di sisi supply maupun demand.
Haru bilang, pihaknya melihat bahwa sektor perumahan masih memiliki potensi yang sangat besar, terlihat dari kebutuhan hunian yang masih tinggi.
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) masih akan memantau kebijakan yang akan diambil BI setelah kenaiakn bunga The Fed dilakukan.
Novita Anggraeni, Direktur Keuangan BNI mengatakan, pihaknya akan melakukan penyesuaian suku bunga kredit jika diperlukan agar tetap searah dengan kebijakan BI dalam menjaga stabilitas moneter dan pertumbuhan ekonom.
Senada, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) juga masih akan melakukan pemantauan secara intens terkait kondisi terkini sehingga bisa menetapkan kebijakan terkait suku bunga kredit.
"Monitoring khususnya dilakukan di tengah situasi PPKM dalam rangka menekan laju penularan pandemi Covid-19 menuju pemulihan ekonomi nasional," Hera F Haryn, EVP Sekretariat dan Komunikasi Perusahaan BCA.
Hera bilang, sepanjang 2021 lalu, BCA telah melakukan penyesuaian suku bunga kredit yang diberikan kepada nasabah sejalan dengan pergerakan suku bunga acuan (BI Rate) serta mempertimbangkan perkembangan kondisi ekonomi bisnis di tanah air.
Sejak 30 September 2021, suku bunga dasar kredit (SBDK) BCA sudah turun jadi 7,95% untuk segmen korporasi, 8,2% untuk segmen ritel, 7,2% untuk KPR dan 5,96% untuk kredit konsumsi non KPR.
Baca Juga: Ekonom BCA Perkirakan BI Masih Tahan Suku Bunga Acuan
Tahun ini, BCA tetap akan mendorong ekspansi kredit dengan proyeksi pertumbuahn 7%-8%. Hera bilang, hal itu akan ditopang oleh likuiditas yang masih memadai dan harapan akan pemulihan ekonomi sehingga dapat mendorong permintaan kredit.
Bagi PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) suku bunga kredit bukanlah satu-satunya variabel untuk meningkatkan pertumbuhan kredit nasional.
Aestika Oryza Gunarto Sekretaris Perusahaan BRI mengatakan, berdasarkan perhitungan model ekonometrika, variabel paling sensitif atau elastisitasnya paling tinggi terhadap pertumbuhan kredit adalah konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat.
"Oleh karena itu, BRI berkomitmen untuk terus menjadi mitra utama pemerintah dalam kaitannya penyaluran bantuan dan stimulus dengan harapan meningkatkan konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat yang pada ujungnya mampu mengerek pertumbuhan kredit nasional," imbuhnya.
Dari sisi pertumbuhan kredit, main driver pertumbuhan kredit BRI masih akan ditopang oleh segmen mikro dan konsumer. Sementara untuk segmen kecil akan difokuskan pada transaction based loan dan segmen korporasi akan didorong pada optimalisasi value chain.
Tahun ini, BRI menargetkan pertumbuhan kredit 8%-10%. "Kredit BRI juga akan tetap tumbuh dengan selektif, salah satunya adalah dengan memanfaatkan stimulus bisnis pemerintah serta melakukan eksplorasi new growth engine termasuk optimalisasi sinergi ultra mikro serta salary based loan yang lebih kompetitif," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News