kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Tingkatkan laba, bank ramai-ramai membidik dana murah


Minggu, 11 Agustus 2019 / 18:06 WIB
Tingkatkan laba, bank ramai-ramai membidik dana murah
ILUSTRASI. Pelayanan nasabah perbankan


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tingginya biaya dana yang ditanggung bank sepanjang semester I-2019 membuat perolehan laba bank belum mumpuni. Maklum, dengan kenaikan bunga acuan hingga 175 bps, porsi dana mahal memang melonjak. Mengejar ketertinggalan, di paruh kedua tahun ini bank kini membidik dana murah alias current account and saving account (CASA).

Dari catatan Bank Indonesia, rasio dana murah perbankan semester I-2019 memang menurun. Pada Juni 2019 nilainya mencapai Rp 3.111,4 triliun atau setara 55,65% dari total dana pihak ketiga (DPK) Rp 5.590,6 triliun. Sedangkan pada Juni 2018 nilainya mencapai Rp 2.938,9 triliun atau setara 56,32% dari total DPK senilai Rp5.218,0 triliun.

“Semester I-2019 lalu rasio CASA kami sekitar 30%, hingga akhir tahun kami berharap bisa mencapai 35%. Strateginya dengan mengoptimalkan produk dana murah kami, khususnya melalui e-channel untuk memudahkan transaksi nasabah,” kata Presiden Direktur PT Bank Mayapada Tbk (MAYA) Hariyono Tjahrijadi kepada Kontan.co.id.

Baca Juga: Tak cuma Bank BRI, bunga kredit Bank Mandiri juga bakal turun

Pada Semester I-2019 lalu bank milik taipan asal Malaysia Dato Sri Tahir ini memang mencatat penurunan laba bersih 22,78% (yoy). Dari Rp 384,58 miliar di semester I-2018 menjadi Rp 296,95 miliar di semester I-2019. Sementara DPK Bank Mayapada tumbuh 9,32% (yoy) dari Rp 67,03 triliun di semester I-2018 menjadi Rp 73,29 triliun pada semester I-2019.

Strategi serupa juga akan dilakukan PT Bank BNI Syariah. Ini dilakukan sebab dalam beberapa tahun ke depan, Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) memang akan mengurangi penempatan dana haji yang biasanya berupa deposito di perbankan.

Direktur Keuangan dan Operasional BNI Syariah Wahyu Avianto bilang strategi menghimpun dana murah sejatinya juga telah dilakukan sejak awal 2019 dan menjadi penopang pertumbuhan DPK. Atas hal tersebut perseroan berhasil meraih pertumbuhan DPK sebesar 12,14% (yoy) dari Rp 32,39 triliun pada semester I-2018 menjadi Rp 36,32 triliun pada semester I-2019.

Baca Juga: Laba bank kecil semakin kecil

“Pertumbuhan DPK kami ditopang oleh dana murah dimana tabungan tumbuh Rp 2 triliun, sedangkan giro tumbuh Rp 1,2 triliun. Sedangkan deposito justru berkurang Rp 2,4 triliun terkait dana BPKH (Badan Pengelola Keuangan Haji) untuk operasional haji,” katanya kepada Kontan.co.id.

Sementara pada Juni 2019 rasio dana murah BNI Syariah tercatat sebesar Rp 23,05 triliun atau setara 63,48% dari total DPK. Sedaangkan pada Juni 2018 rasio dana murah BNI Syariah senilai Rp 17,10 triliun atau setara 52,80% dari total DPK. 

Sementara pada periode yang sama entitas PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) ini berhasil meraih pertumbuhan laba 5,32% (yoy). Dari Rp 202,99 miliar pada semester I-2018 menjadi Rp 315,27 miliar pada semester I-2019.

“Dengan strategi pemupukan dana murah kami juga berharap profitabilitas kami bisa meningkat. sedangkan hingga akhir tahun kami berharap DPK kami bisa mencapai Rp 40 triliun,” lanjut Wahyu.

Sedangkan bank besar di kelas Bank umum Kelompok Usaha (BUKU) 4 mengaku cukup puas dengan porsi dana murah yang kini dimiliki. Maklum, pada semester I-2019, bank-bank jumbo ini memang mencatat pertumbuhan laba yang mumpuni.

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) misalnya mencatatkan pertumbuhan laba sebesar 12,61 % (yoy). Dari Rp 11,42 triliun pada semester I-2018 menjadi Rp 12,86 triliun pada semester I-2019. Sementara porsi dana murah BCA pada Juni 2019 senilai Rp 509,20 triliun atau setara 76,17% dari total DPK senilai Rp 668,50 triliun. 

Sedangkan pada Junui 2018 senilai Rp 481,24 triliun atau setara 78,18% dari total DPK senilai Rp 615,55 triliun. Sedangkan DPK BCA tumbuh sebesar 8,60% (yoy).

“Dengan porsi CASA sebesar 76% pada Juni 2019 sudah cukup tinggi sebenarnya. Untuk mempertahankan posisi tersebut saja hingga akhir tahun sudah bagus,” kata Presiden Direktur BCA Jahja Setiatmadja kepada Kontan.co.id.

Hal serupa juga dikatakan oleh Direktur Bisnis dan Jaringan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Hery Gunardi. Bank berlogo pita emas ini tak memasang target ambisius terkait dana murahnya.

“Semester I-2019 porsi CASA kami sebesar 66,7%, sedangkan hingga akhir tahun target kami untuk bisa mempertahankan di kisaran 67%,” kata Hery.

Pada paruh pertama 2019, bank pelat merah ini memang mencatat laba yang mumpuni, dengan pertumbuhan 11,20% (yoy) dari Rp 12,57 triliun di semester I-2018 menjadi Rp 13,98 triliun pada semester I-2019. 

Sedangkan secara konsolidasian, rasio dana murah Bank Mandiri senilai Rp 542,74 triliun atau setara 64,37% dari total DPK senilai Rp 843,15 triliun. Sementara pada Juni 2018 senilai Rp 518,81 triliun atau setara 64,60% dari total DPK senilai Rp 803,02 triliun.

“Untuk mendorong CASA, hingga akhir tahun kami akan fokus di tiga produk tabungan untuk segmen mikro, bisnis, dan payroll. Sedangkan untuk giro ami akan fokus terhadap giro ritel maupun giro wholesale,” lanjut Hery.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×