Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah menyiapkan beberapa strategi untuk mencapai target literasi dan inklusi keuangan pada 2019 sebesar 75% dari total penduduk Indonesia.
Oleh karena itu regulator mikroprudensial ini akan lebih menyasar ke siswa dari mulai sekolah dasar sampai sekolah menengah atas.
Hal ini karena menurut Kusumaningtuti S Soetiono, Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen siswa sekolah di Indonesia jumlahnya cukup besar yaitu 52 juta orang atau seperlima dari jumlah penduduk.
“Berdasarkan survei pada tahun lalu, dari sampel 100 penduduk Indonesia hanya29 orang yang paham literasi keuangan dan 67 orang yang paham inklusi keuangan,” ujar Titu, dalam acara penyerahan CSR di SMA 3 Jakarta, Selasa (9/5).
Peningkatan literasi dan inklusi keuangan ini sejalan dengan program presiden Joko Widodo yang menargetkan masyarakat Indonesia bisa lebih paham mengenai produk keuangan dan investasi.
Sejak 2013 sampai tahun ini, OJK menargetkan tiap tahun melakukan roadshow di 40 kota untuk melakukan sosialisasi mengenai inklusi dan literasi keuangan. Untuk itu regulator menyasar beberapa pusat aktivitas seperti komunitas, UMM, pasar dengan menggandeng perbankan dan industri keuangan lain.
Menutut Titu literasi dan inklusi keuangan penting bagi pemerataan ekonomi di suatu daerah. Hal ini karena berdasarkan riset dari Bank Dunia dan OECD, literasi dan inklusi keuangan mempunyai korelasi positif dengan tingkat kesejahteraan suatu negara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News