Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meningkatnya risiko investasi dalam negeri yang membuat Surat Berharga Negara (SBN) kian tertekan tidak serta merta memengaruhi strategi investasi PT Tokio Marine Life Insurance Indonesia (Tokio Marine Indonesia).
Perusahaan asuransi jiwa ini menegaskan tetap mempertahankan portofolio investasinya di tengah dinamika pasar obligasi yang terjadi di awal tahun 2025.
Menurut Investment Department Manager Tokio Marine Life Insurance Indonesia, Rifky Asqalani, pergerakan yield SBN sejak awal tahun menunjukkan kenaikan hanya terjadi pada tenor panjang, sementara tenor pendek justru mencatatkan penurunan yield.
“Kurva imbal hasil SBN pada akhir tahun 2024 cenderung datar, lalu memasuki awal tahun 2025 menjadi lebih curam. Hal ini terjadi karena pasar merespon berbagai sentimen yang ada, terutama pemotongan suku bunga Bank Indonesia di bulan Januari yang di luar ekspektasi pelaku pasar,” ujar Rifky kepada Kontan, Senin (7/4).
Dari perspektif investasi, kondisi ini belum berdampak besar terhadap hasil investasi perusahaan. Rifky menegaskan bahwa perusahaan memiliki strategi diversifikasi yang cukup kuat dengan penyebaran kepemilikan SBN di berbagai tenor.
Baca Juga: Tokio Marine Menilai Kenaikan Ekspor Jadi Sinyal Positif bagi Asuransi Marine Cargo
“Kami melihat penurunan harga SBN tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil investasi karena portofolio kami tersebar di tenor pendek dan panjang,” ujar Rifky.
Ia justru menilai bahwa tekanan pada kinerja investasi lebih disebabkan oleh pelemahan pasar saham. Koreksi tajam di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) beberapa waktu terakhir turut menekan nilai aset ekuitas perusahaan. “Penurunan hasil investasi lebih mungkin disebabkan oleh penurunan aset saham, bukan dari SBN,” jelasnya.
Saat ini, sekitar 30% dari total portofolio investasi Tokio Marine Life Insurance Indonesia ditempatkan pada instrumen SBN. Meski harga SBN tenor panjang melemah, perusahaan belum melihat urgensi untuk mengubah alokasi tersebut. Strategi rebalancing pun akan dilakukan secara selektif dengan mempertimbangkan kondisi pasar secara menyeluruh.
Selanjutnya: Transaksi Mesin EDC Perbankan Terus Tumbuh hingga Akhir Februari 2025
Menarik Dibaca: Semarang Hujan Sore Hari, Simak Prakiraan Cuaca Besok (8/4) di Jawa Tengah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News