Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kinerja saham PT Bank Central Asia (BBCA) terlihat menurun usai mengumumkan kinerja semester I-2025 di hari ini, Rabu (30/7/2025).
Dikutip dari data RTI, pada penutupan perdagangan Rabu (30/7/2025), harga saham BBCA turun 0,30% ke level Rp 8.375 per saham. Namun pada pembukaan perdagangan sahamnya terpantau menghijau di level Rp 8.475 per saham.
Seperti diketahui, BBCA baru saja melaporkan kinerja keuangannya per semester I-2025, dengan perolehan laba bersih BCA dan entitas anak tumbuh 8% secara tahunan atau year on year (YoY) menjadi Rp 29 triliun. Walau demikian, pertumbuhan laba ini terlihat turun secara bulanan dari bulan Mei 2025 yang tumbuh 16,31%.
Penyebabnya karena beban cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan alias impairment loss yang membengkak 43,13% dari Rp 1,4 triliun di Juni 2024 jadi Rp 2,01 triliun di Juni 2025.
Tapi BCA berhasil mempertahankan pertumbuhan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang mencapai 7% YoY menjadi Rp42,5 triliun pada semester I 2025.
Pada saat yang sama, pendapatan selain bunga naik 10,6% YoY menjadi Rp13,7 triliun. Total pendapatan operasional Rp56,2 triliun, naik 7,8% YoY. Rasio cost to income (CIR) sebesar 29,1%, turun dari 30,5% pada tahun.
Baca Juga: Saham BBCA Ditutup Melemah 0,30% Rabu (30/7), Nilai Transaksi Capai Rp 820 Miliar
Adapun dari sisi intermediasi, BCA membukukan pertumbuhan kredit sebesar 12,9% secara tahunan YoY menjadi Rp959 triliun per Juni 2025.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk, Hendra Lembong mengatakan, pertumbuhan tersebut didukung penyaluran kredit di berbagai segmen, serta terjaganya kondisi likuiditas perseroan. Sejalan dengan pencapaian pertumbuhan kredit dan pendanaan serta volume perbankan transaksi, kinerja perseroan.
“Pertumbuhan kredit BCA positif di berbagai segmen, mulai dari korporasi, UMKM, serta konsumer. Penyelenggaraan BCA Expoversary 2025 turut menopang kinerja pembiayaan pada paruh pertama 2025," kata Hendra saat paparan kinerja perseroan, Rabu (30/7).
Baca Juga: Laba BCA Tumbuh 8% Capai Rp 29 triliun pada Semester I 2025
Adapun total dana pihak ketiga (DPK) naik 5,7% YoY menyentuh Rp 1.190 triliun per Juni 2025. Dana giro dan tabungan (CASA) secara konsolidasi berkontribusi sekitar 82,5% dari total DPK, tumbuh 7,3% mencapai Rp982 triliun.
Ekonom sekaligus Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, dengan melambatnya pertumbuhan kinerja di Juni ini dibandingkan dengan pencapaian pada bulan Mei 2025 tentunya memberikan sentimen terkait dengan kinerja pergerakan harga saham BBCA yang cenderung mengalami bearish consolidation.
"Tapi paling tidak kalau secara major kan BCA ini kan sudah berpotensi untuk fase akumulasi ya. Jadi tinggal bagaimana kinerja pergerakan harga sahamnya akan terprice-in oleh adanya potensi peningkatan kinerja di semester kedua," kata Nafan kepada kontan.co.id, Rabu (30/7).
Karena kata Nafan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebenarnya akan membaik di kuartal kedua, jadi Indonesia terhindar dari resesi teknikal, dan tentunya diharapkan pertumbuhan kredit juga mulai membaik, apalagi pertumbuhan kredit yang berkualitas, dan demikian liquidity di sektor financial ini juga akan terjadi terutama sehubungan dengan tren penurunan dari suku bunga BI Rate yang terus berlanjut.
"Jadi nanti diharapkan pertumbuhan kredit yang berkualitas membaik sehingga mempengaruhi daripada perbaikan, baik itu performa dari net interest margin, maupun NPL yang dirasa juga masih bisa dimanage, masih relatifly cukup rendah," imbuhnya.
Menurut Nafan, BBCA terdapat wave 2 support di Rp 8.250. Sementara itu, gap support juga berada di level Rp 7.950. Untuk target price jangka panjang BBCA berada pada level Rp 12500 berdasarkan wave 3. Ia pun menyarankan accumulative buy untuk BBCA.
Selanjutnya: Usai Akuisisi Sembcorp, Bisnis Hijau TBS Energi Utama (TOBA) Kian Merekah
Menarik Dibaca: Resep Kebab Ayam Praktis Ala Devina Hermawan, Enak dan Cocok Buat Stok di Kulkas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News