kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.095   -25,00   -0,16%
  • IDX 7.108   -49,86   -0,70%
  • KOMPAS100 1.064   -9,05   -0,84%
  • LQ45 834   -8,40   -1,00%
  • ISSI 216   -2,01   -0,92%
  • IDX30 426   -3,80   -0,88%
  • IDXHIDIV20 514   -4,38   -0,84%
  • IDX80 121   -1,10   -0,90%
  • IDXV30 127   -0,23   -0,18%
  • IDXQ30 142   -1,29   -0,90%

Transaksi BI-Fast Kian Meningkat, Perusahaan Switching Perlu Berbenah


Rabu, 27 September 2023 / 21:23 WIB
Transaksi BI-Fast Kian Meningkat, Perusahaan Switching Perlu Berbenah
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi keuangan mengggunakan layanan transfer BI Fast di Jakarta, Selasa (4/7/2023). (KONTAN/Carolus Agus Waluyo)


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sistem BI Fast yang hadir sejak akhir tahun 2021 telah banyak diminati oleh masyarakat karena menawarkan biaya yang murah. Namun, ini menjadi momen bahwa Penyelenggara Infrastruktur Sistem Pembayaran seperti switching perlu berbenah.

Seperti diketahui, salah satu layanan yang ditawarkan perusahaan switching adalah menjadi sistem penghubung bagi bank untuk melakukan transfer. Namun, biayanya memang lebih tinggi dibandingkan BI Fast yang hanya Rp 2.500 per transaksi.

Daya tarik BI Fast pun tercermin dari data Bank Indonesia (BI) yang mencatat implementasi BI-Fast hingga semester I-2023 telah digunakan untuk 1,51 miliar transaksi. Sementara total penggunaan BI-Fast dari awal tahun hingga kuartal II-2023 sudah mencapai Rp 4.478,8 triliun.   

Chief of Network & Digital Banking PT Bank CIMB Niaga Tbk Budiman Tanjung bilang memang sudah ada perubahan pilihan masyarakat dalam hal melakukan transfer. Ia melihat masyarakat secara alami lebih memilih BI Fast yang lebih murah.

Baca Juga: Genjot Penyaluran Kredit Mikro, Ini Strategi yang Dilakukan BRI

“Seluruh transaksi pasti pakai BI Fast. 20%  transaksi yang dulunya melalui SKN dan perusahaan switching sudah pindah ke BI Fast,” ujarnya, Rabu (27/9).

Dengan kondisi tersebut, Budiman bilang perusahaan-perusahaan switching ini perlu terus berinovasi. Dalam hal ini, mengembangkan transaksi-transaksi yang memang belum ditawarkan dalam BI Fast.

Tak hanya itu, ia melihat perusahaan switching memiliki bisnis lain yang memang bisa menjaga keberlanjutan bisnis perusahaan.

“Sama seperti adanya bank digital kan sebagai incumbent tetap harus berinovasi,” ujarnya.

Budiman bilang semenjak BI Fast hadir dalam aplikasi Octo Mobile yang dimiliki CIMB Niaga terus tumbuh. Tiap bulannya, transaksi BI Fast mencapai empat kali lipat.

Sementara itu, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Moch Amin Nurdin melihat memang kehadiran BI Fast dari awal ada risiko kehilangan banyak pengguna bagi perusahaan switching. Namun, itu tak akan hilang total.

“karena pertimbangan alternatif, layanan bagi perbankan itu sendiri,” ujarnya.

Baca Juga: BI-Fast Bank BTN Capai 4 Juta Transaksi Setiap Bulannya

Namun, ia melihat ada peluang bagi perusahaan switching untuk menurunkan biaya layanan menjadi hampir serupa dengan yang ditawarkan BI Fast. Bagi Amin, itu perlu cara kreatif agar ada efisiensi yang dilakukan.

“Bisa juga antar perusahaan switching ini merger agar mereka efisien,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×