Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Kondisi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS yang sempat menguat membuat transaksi valuta asing (valas) bank menggeliat. Salah satu bisnis lindung nilai atau hedging perbankan.
Direktur Tresuri dan Internasional PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Rico Rizal Budidarmo mengatakan walau saat ini maish relatif sama dengan tahun lalu. Ke depan, pihaknya memperkirakan volume transaksi hedging bakal meningkat, khususnya dari nasabah korporasi badan usaha milik negara (BUMN).
Sebabnya, basis nasabah BNI cukup besar di korporasi BUMN, selain itu mayoritas perusahaan tersebut sudah melakukan hedging sejak tahun lalu. Kendati tidak dapat merinci besaran nilai transaksinya, bank berlogo 46 ini menyebut potensi peningkatan hedging akan didorong oleh semakin besarnya sumber dana korporasi yang diperoleh dari investor global. Salah satunya melalui penerbitan surat hutang global.
Apalagi, saat ini kebijakan soal devisa hasil ekspor yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan bisa membuat penempatan dana perusahaan berbasis ekspor di perbankan menjadi lebih besar.
"Diharapkan terjadi peningkatan transaksi hedging bagi nasabah ekspor yang cashflow-nya membutuhkan," terangnya kepada Kontan.co.id, Senin (15/7).
Meski begitu, secara singkat Sekretaris Perusahaan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jan Hendra menyebut saat ini jenis transaksi valas seperti swap sangat bergantung pada kebutuhan nasabah alias sulit untuk diprediksi.
Namun, pada Juni 2019, BCA masih melihat tren peningkatan volume transaksi swap dibandingkan posisi Mei 2019. Sayangnya, Jan Hendra tidak mau menyebutkan realisasi transaksi perseroan sampai saat ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News