Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa tahun terakhir, tren investasi kini merambah ke dunia digital. Aset digital mampu menjadi instrumen investasi yang diandalkan. Aset digital yang kini umum ditemui yakni mata uang digital, atau yang biasa disebut dengan cryptocurrency.
Industri financial technology (fintech) dalam negeri juga terus kebanjiran dana investasi dengan salah satu lini bisnis yang sedang digemari oleh investor, yaitu fintech kripto.
Tak hanya di luar negeri, meningkatnya ketertarikan masyarakat akan investasi kripto seperti Bitcoin, Ethereum, dan DogeCoin juga telah tembus ke Tanah Air. Saat ini saja, tercatat sudah banyak pengguna kripto tersebut hingga mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi.
Berdasarkan laporan Fintech in ASEAN 2021 yang disusun oleh UOB, PwC Singapura, dan Singapore Fintech Association (SFA), pendanaan fintech kripto di ASEAN mengalami pertumbuhan 424% secara year to date (ytd). Nominalnya pun telah mencapai US$ 356 juta.
Di Indonesia sendiri, porsi pendanaan fintech kripto pun termasuk 5 besar dengan memberikan kontribusi 8%. Pencapaian ini hampir mendekati pendanaan ke fintech lending yang memiliki porsi 10%.
Baca Juga: Turun 13% dari puncak tertinggi, harga Bitcoin masih di bawah US$ 60.000
Ketua Ketua Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Jefri R.Sirait menyatakan bahwa, Modal Ventura sudah melakukan imvestment di fintech kripto sekitar 2-3 tahun lalu.
Pihaknya melihat, terjadi tren behavior terutama di NFT changes, jadi menurutnya ini akan menjadi salah satu kreatif startup yang memang menarik sebagai bagian dari selain bisa entertain, tapi juga bisa menjadi investment. Ia melihat hal ini menjadi hal yang positif.
"Cukup banyak modal ventura yang berinvestasi di fintech kripto, yang memang menjadi sesuatu yang "wow", kita mengikutinya secara prudent. Kita juga melihat ini menjadi tren yang bukan hanya di Indonesia, ini meluas ke seluruh dunia," ungkap Jefri kepada kontan.co.id, belum lama ini.
Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani menambahkan, beberapa Ventura Capital (VC) sudah menanamkan investasi di startup crypto sejak 2-3 tahun yang lalu baik di lokal maupun luar negeri.
Menurut Edward, intensi regulator yang kemungkinan mematangkan peraturan lebih menyeluruh di akhir tahun ini membuat beberapa investor termasuk VC tertarik mendukung sektor ini dan mulai aktif menghubungi dan mencari potensi startup yang bisa di investasikan.
"Untuk nilai investasi cukup bervariasi, sesuai sektor yang di tuju dan persyaratan yang harus di lakukan kesiapan nya seperti minimum jumlah modal di setor. Sebagai pialang bisa antara Rp 50 miliar - Rp 80 miliar sedangkan sebagai bursa bisa mencapai Rp 500 miliar. Pemain existing yang sudah mencapai angka tersebut tentu memenuhi persyaratan namun untuk yang baru harus menambahkan modal agar bisa mencapai target," jelas Edward.
Beberapa platform jual beli kripto di Indonesia juga merasakan gencarnya pendanaan ke mereka. Seperti, TokoCrypto yang mendapat pendanaan tahun lalu dari Binance yang merupakan perusahan blockchain global. Waktu itu, pendanaan disebut akan digunakan untuk mempercepat pengembangan bisnis tanpa menyebut nominalnya.
Selain itu, di awal tahun ini ada platform marketplace aset kripto "Pintu" yang dikabarkan mendapatkan pendanaan A senilai $6 juta atau setara Rp 86 miliar. Pantera Capital memimpin putaran ini, merupakan pemodal ventura asal Amerika Serikat yang fokus pada startup berbasis blockchain. Coinbase dan Blockchain Ventures juga terlibat dalam pendanaan ini, keduanya juga fokus pada proyek-proyek berbasis cryptocurrency.
Baru baru ini, platform marketplace kripto asal Selandia Baru, Easy Crypto juga mengumumkan perolehan pendanaan seri A sebesar $12 juta atau setara Rp 170 miliar, yang dipimpin oleh Nuance Connected Capital dan melibatkan perusahaan ventura GDP Venture milik Grup Djarum.
Baca Juga: Pelemahan harga bitcoin diprediksi cuma sementara
Berdasarkan keterangan resminya, Co-founder & CEO Easy Crypto Janine Grainger mengatakan tengah membidik pasar Indonesia dan Asia Tenggara sebagai target ekspansi bisnis berikutnya. Hal ini sejalan dengan keterlibatan investor institusional yang meyakini peran aset kripto dalam ekosistem keuangan.
"Permodalan ini menjadi tonggak penting bagi Easy Crypto dan masa depan blockchain di dunia. Meningkatnya minat investasi terhadap kripto menjadi dukungan bagi pertumbuhan Easy Crypto dalam skala global," ungkap Grainger.
Sementara itu, Willson Cuaca, Co-Founder dan Managing Partner East Ventures menjelaskan bahwa, kripto itu hanya salah satu turunan dari penggunaan blockchain. "East ventures sudah melakukan beberapa investasi berkaitan dengan blockchain," kata Willson kepada kontan.co.id.
Kendati demikian, dirinya tidak menjelaskan lebih jauh sudah ditanamkan kemana saja pendanaan yang pihaknya investasikan.
Menurut Willson, fintech kripto ini teknologi baru, dan masih akan berubah dan berkembang. Mata uang kripto sendiri berfungsi sebagai store value dan sangat volatile. Oleh sebab itu, dirinya menyarankan untuk tidak sembarangan membeli kalau tidak mengerti.
Selanjutnya: Terseret pajak kripto di AS, harga Bitcoin dan uang kripto lain kompak turun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News